Edward Lee Thorndike adalah seorang psikolog terkemuka di Amerika Serikat yang menghabiskan hampir seluruh karirnya di teacher's college, Columbia University. Teori pembelajaran Thorndike biasa dikenal dengan teori Koneksionisme (Agus, 2009). Thorndike berpendapat bahwa yang menjadi dasar belajar itu adalah asosiasi antara panca indra (Sense Impresion) dengan Implus untuk bertindak. Asosiasi yang demikian itu disebut Connection atau bond atau koneksi, hal itulah yang menjadikan lebih kuat atau lebih lemah dalam terbentuknya pembelajaran atau hilangnya kebiasaan- kebiasaan. Karena prinsipnya yang demikian itu teori Thorndike disebut dengan teori Connection Atau Bond Psychology.
Dalam teori belajar Thorndike, belajar adalah proses interaktif antara rangsangan dan tanggapan. Stimulus adalah segala sesuatu yang dapat merangsang suatu kegiatan belajar, seperti pikiran, emosi, atau hal lain yang dapat dirasakan.
Menurut teori belajar Thorndike, perubahan perilaku sebagai akibat dari kegiatan belajar dapat berwujud, yaitu dapat diamati, atau tidak berwujud, yaitu tidak dapat diamati.
Stimulus adalah segala sesuatu yang dapat merangsang suatu kegiatan belajar, seperti pikiran, emosi, atau hal lain yang dapat dirasakan.
Eksperimen Thorndike yang terkenal dengan kucing. memeriksaitu menciptakan teori coba-coba " Juga " pilih dan hubungkan ", ini. Pembelajaran itu dilakukan melalui trial and error. Melalui proses coba-coba ini, kucing cenderung mengabaikan tindakan yang tidak memiliki konsekuensi.
S R S1 R1
Eksperimen yang dilakukan pada beberapa hewan memberikan teori tentang bagaimana kita dapat belajar dari mereka. Dua kesimpulan dapat ditarik dari percobaan pada perilaku belajar kucing:
1. Lebih sedikit waktu untuk menyentuh engsel. Error (reaksi yang tidak relevan) berkurang, kucing tidak melakukan kesalahan sama sekali, dan begitu saya memasukkannya ke dalam kotak, kucing itu langsung menyentuh engselnya.
Sebuah objek studi menghadapi situasi baru dan asing dan memiliki objek melakukan berbagai kegiatan untuk bereaksi terhadap situasi ini. Dalam hal ini, subjek mencoba berbagai respons agar berhasil mengaitkan respons dengan stimulus. Pengamatan objek-objek ini dapat disimpulkan sebagai fitur pembelajaran coba-coba, yaitu.
1. Ada motivasi untuk mendorong kegiatan
2. Ada reaksi yang berbeda terhadap situasi