Manusia adalah satu-satunya makhluk yang suka bercerita dan hidup berdasarkan cerita yang dipercayainya. -Gerbner
Â
Bismillahirrahmanirrahim..
Sebetulnya aku ingin menulis mengenai ini jauh-jauh hari tapi baru sempat sekarang. Ada beberapa faktor yang membuatku terlambat untuk menuliskannya.
Sobarna bin Suwarman (atau orang mengenalnya dengan sebutan 'Mang Barna'), meninggal pada hari Senin, 29 Mei 2017 pada pukul 21:20 WIB. Â Wafat pada usia 66 tahun. Kabar yang aku dengar dari radio, karena sakit. Sudah hampir satu tahun ke belakang sudah mulai sakit, kata kang arga pamungkas (penyiar radio lita). Untuk rekaman dongeng saja, beliau melakukannya di rumahnya di Garut (di daerah Bayongbong kalau tidak salah).Â
Siapa yang tak mengenal mang barna, beliau adalah pendongeng sunda. Dari kabar yang aku tahu, mang barna mulai mendongeng kisaran tahun 70-an atau 80-an. Sudah banyak dongeng-dongeng yang sudah ia telurkan melalui media radio, untuk memanjakan para pendengarnya. Tapi sayangnya, ada dongeng yang tak sempat diabadikan (direkam), mungkin karena masalah teknologi kala itu. Beberapa dari Anda tentu mempunyai kenangan dengan dongeng-dongeng yang pernah diceritakan oleh mang barna.
Aku terbilang penggemar baru, aku tahu mang barna dari seniorku di kampus, namanya habibi. Waktu itu sekitar awal 2015 kalau tidak salah. "za.., cobi dangukeun dongeng si buzil geura. Rame!" (za.., coba dengerin cerita si buzil. Seru! ). Pada saat itu akupun mulai mendengarkan dongeng, setelah sebelumnya menanyakan saluran radio. Oh iya, dongeng mang barna ini dipancarluaskan dari radio lita fm 90.9 (ini bukan iklan ya), dulu namanya radio litasari dan frekuensinya dulu masih am belum menjadi fm seperti sekarang. Radio ini konsen ke acara-acara yang berkaitan dengan keluarga, dan menjadi radio keluarga pertama di bandung jauh sebelum adanya MQ fm.Â
Tentu banyak pendongeng-pendongeng di tatar sunda ini, dan mang barna adalah salah satunya. Kalau di bandung dulu ada pendongeng, namanya mang rahmat, entah di radio apa. Aku tahu mang rahmat dari ibu, "dulu..uyut sadili suka mendengarkan dongeng mang rahmat, " kenang ibu. Buyutku dulu sempat mengungsi dan tinggal di Bandung, konon katanya dulu sempat ramai atau gencar-gencarnya gerombolan (istilah untuk DI). Tapi aku yakin DI tidak sekejam atau seanarkis yang diceritakan orang-orang. Mungkin hanya politik pada rezim kala itu.Â
Di akhir hayatnya dongeng yang disampaikan mang barna berjudul si kucrit, dan belum selesai atau beres. Allah telah memanggilnya terlebih dahulu.
Semoga dongeng-dongeng yang disampaikan mang barna menjadi "lisana siddiqin fil akhirin (buah tutur yang baik bagi orang sepeninggalnya)".
Â
Allahumagfirlahu warhahu..
Al-Fatihah..Â
Â
*)bagi Anda yang mempunyai kenangan dengan dongeng mang barna silahkan komen di bawah.
Â