Mohon tunggu...
Mohammad Tahir Rizqi
Mohammad Tahir Rizqi Mohon Tunggu... Guru - Seorang pengajar, sangat menyukai dunia anak

Lahir di Madura tepatnya di Kabupaten Sampang, saat ini berdomisili di Kabupaten Bangkalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Polisi Bukan Monster

21 Juni 2021   11:25 Diperbarui: 21 Juni 2021   11:47 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bagi sebagian masyarakat awam yang hidup di pedesaan, khususnya di Madura. Polisi masih dianggap sebagai sosok yang sangat menakutkan. Hal ini dilatar belakangi oleh ketidaktahuan masyarakat terhadap fungsi dan tugas dari aparat kepolisian itu sendiri. 

Ditambah perawakan polisi yang memiliki postur tubuh tinggi besar, tegas saat berbicara, pelit terhadap senyuman, ditambah dengan pistol yang selalu menempel dipinggang, senjata laras panjang yang tergengam erat ditangan. Membuat masyarakat berasumsi bahwa setiap polisi adalah sosok yang menakutkan. tidak ubahnya seperti monster yang kehadirannya adalah sebuah ancaman.

Asumsi yang tidak mendasar tersebut, akhirnya menjadi bola liar yang terus bergulir hingga menciptakan sebuah isu sosial yang cukup meresahkan dikalangan masyarakat awam yang tinggal diplosok desa. Seringkali polisi dijadikan sebuah alat bagi sebagian orang tua untuk menakut-nakuti anak mereka. 

Kalimat-kalimat seperti "Mainnya jangan jauh-jauh ya, disana ada polisi loh, nanti kamu ditembak!" atau "Ada polisi, jangan keluar rumah, nanti kamu ditangkap!", seringkali diungkapkan untuk menakut-nakuti atau memberikan efek jera kepada anak-anak mereka ketika kenakalan nya sudah tidak bisa diatasi. 

Tentu saja kalimat tersebut tidak dapat dibiarkan terus berkembang dimata masyarakat. Sebab apabila dibiarkan, maka citra kepolisian akan selalu negatif dimata masyarakat, lebih-lebih masyarakat yang tinggal diplosok desa yang kesehariannya sangat jarang berinteraksi dengan polisi. Beda dengan masyarakat yang tinggal diperkotaan dimana keberadaan polisi sudah menjadi hal biasa, terutama dengan polisi yang setiap pagi selalu standby mengatur ketertiban lalu lintas.

Sebagai sebuah institusi, tentunya Polri sadar betul bahwa posisinya sedang tidak baik dimata masyarakat. Melihat situasi tersebut tentunya Polri juga memiliki beragam cara untuk memperbaiki citra mereka dimata masyarakat, salah satunya dengan mengoptimalkan peran Bhabinkamtibmas yang merupakan garda terdepan polri dalam melayani, mengayomi, dan melindungi masyarakat. 

Selain itu Bhabinkamtibmas yang memiliki fungsi dan peran sangat strategis dalam mewujudkan kemitraan polisi dengan masyarakat, sehingga secara bersama- sama mampu mendeteksi gejala yang dapat menimbulkan problema pada masyarakat, juga mampu mendapatkan solusi untuk mengantisipasi problema serta mampu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Keberadaan polisi humanis yang dapat dirasakan ditengah masyarakat diharapkan bisa menciptakan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di daerah plosok.

Sesuai dengan komitmen Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk memperbaiki citra dan kinerja Polri dengan konsep "Polri Presisi, yakni prediktif, responsibilitas, transparansi, berkeadilan", seorang Bhabinkamtibmas harus bisa mengambil hati masyarakat dengan bersikap humanis didalam berbagai lini kehidupan masyarakat, agar keberadaannya bisa diterima dalam kehidupan sosial masyarakat dan tidak lagi menjadi sosok yang menyeramkan yang perlu ditakuti.

Lantas, bagaimana mewujudkan polisi yang humanis?  Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh jajaran kepolisian khususnya Bhabinkamtibmas untuk mewujudkan polisi yang humanis adalah dengan harus terus menerus hadir ditengah-tengah masyarakat, terutama hadir dalam setiap kegiatan sosial yang diadakan oleh masyarakatnya, seperti acara pernikahan, tahlilan atau kegiatan kemasyarakatan lainnya. 

Sehingga dengan adanya interaksi yang terus menerus tersebut diharapkan kehadiran polisi bisa menjadi tempat mencari jalan keluar atau menyelesaikan masalah sosial, terutama masalah keamanan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Dengan adanya interaksi yang terus menerus tersebut polisi akan bisa merubah citra negatifnya menjadi citra positif. Dengan adanya interaksi yang terus menerus masyarakat akan merasakan bahwa polisi merupakan bagian dari mereka, dan akan menganggap kehadiran polisi adalah sebagai sahabat mereka.

Sikap-sikap humanis yang diterapkan oleh jajaran kepolisian akan membuat masyarakat cenderung mematuhi perintah seorang anggota polisi. Selain itu Bhabinkamtibamas diharapkan juga bisa bersikap sebagai juru rawat yang senantiasa mengayomi dan membimbing masyarakatnya dengan kerap melakukan kunjungan rutin ke rumah-rumah masyarakat yang berada di wilayah binaannya. Selain bersilaturahmi, para polisi juga bisa menanyakan aktivitas pemilik rumah yang dikunjunginya. Interaksi yang humanis inilah yang menanamkan nilai-nilai persahabatan antara masyarakat dan polisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun