Mohon tunggu...
taher heringuhir
taher heringuhir Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Karyawan di TV bursa efek Indonesia, IDX Channel. www.tahersaleh.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pak Mul, Terasing di Usia Senja

14 Januari 2018   21:04 Diperbarui: 15 Januari 2018   03:23 1780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kalau inget yang dulu-dulu, bisa stroke saya," kata Mulyono, kakek 80 tahun yang masih menjajakan kopi keliling dengan sepeda di suatu siang, Kamis 11 Januari, di depan Kementerian Dalam Negeri, Jalan Merdeka Utara, sepelemparan batu dari Istana Negara, Jakarta.

Deretan-deretan nostalgia hidup seketika bermain di dalam benaknya, kenangan saat harmonis bersama keluarga, juga memori terpahit dalam hidupnya: istri diketahuinya serong dengan saudara tirinya sendiri.

Peristiwa pahit itu yang kemudian memaksanya mengambil keputusan berani dan nekat hijrah ke Ibu Kota, tanpa uang cukup, tanpa saudara, dan tanpa harapan. Dan meski ia tidak menangis saat bercerita, matanya mulai berkaca dengan perasaan terasing seperti ini. Hidup seorang diri dijalani saja dengan apa adanya kendati sebetulnya dia memiliki lima orang anak dan dua cucu.

"Masih kuat mengayuh sepeda Pak?"

"Iya masih, tiap hari saya di sini [Merdeka Utara], mulai jam 4 biar enggak dirazia Tantrib."

"Lah kalau pagi dan siang ngider ke mana Pak?"

"Di pasar baru saja."

Saban hari, dengan berdagang kopi keliling---orang-orang mengenal pekerjaan ini sebagai penjual Starling atau Starbuck Keliling---dia memperoleh uang paling banyak Rp50.000 jika dagangan ramai, sebaliknya kalau sepi hanya sekitar Rp20.000. Duit segitu tentu saja tak bakal cukup memenuhi kebutuhan hidup, apalagi biaya kontrakannya di Mangga Besar bisa mencapai Rpp800.000 per bulan.

Untuk hemat, dia terpaksa makan hanya sekali sehari, hanya di siang hari di Warteg langganan dekat dengan Stasiun Juanda. Jika malam hari perut terasa lapar, dia menyeduh kopi dan menyeruputnya seakan-akan itu makanan terenak malam itu.

"Kopi Indocafe bikin kenyang, kalau Luwak [White Coffee] kurang," katanya.

Pantas saja dia sangat kurus, tulangnya sudah tampak menyembul, membentuk garis-garis di kemeja batik yang dikenakan sore itu. Bapak tua yang malang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun