Puisi gambaran ketimpangan sosial yang kadang terlupakan
Sudah delapan tahun, Sejak aku membaca puisi terakhirku untukmu, Di depan sebuah danau kecil di dekat kampus biru
Kutemukan sorot di bola matamuCahaya cinta menerangi
Membaca "rupa bayang mumenyihir rindu menjadi candu"
Bandung dan Kekasih menjadi destinasi rindu paling menggetarkan
Puisi-ku menjelma apiKetika laki-laki lusuh itu menghampiriDengan tatapan sayu,ia menyodorkan sebuah kaleng kosong
Kekasih, akan ku bawa mu menyinggahi musim semi dimana air tak henti bernyanyi
Harapan seseorang yang mencintai dalam diam dan menunggu keajaiban dari kehidupannya yang sunyi.
Pancaroba dan dinamika hubungan dengan segala proses di dalamnya mengantarkan pada komitmen menjadi sepasang kekasih.
Biarlah kebisuan ini bersembunyi dalam setiamu. Agar mentaripun tak mampu melihatnya
Awal tahun yang sendu Awan selalu kelabu Aroma angin yang candu Mengepak bumi yang semu
Perjuangan untuk menuliskan tetap dirasakan. Ia adalah pilihan atas kata.
Air Suci Menyucikan Membuat Hidup Indah dan Berkah
Malas adalah duduk menatap meja dengan lumut dan pepohonan yang meninggi
Menuliskan kesan sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan. Pada suatu kehidupan.
Menikmati malam dalam dialog yang beragam. Persoalan pagi untuk mimpi.
Selamat pada hidup. Makna akan cinta dalam rapalan doa.
Untuk setiap perasaan. Muncul dalam warna perjuangan. Akan ada klarifikasi. Sehingga menjadi jawaban. Setelah pertentangan.