Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan Harus Berbisnis

3 September 2015   19:38 Diperbarui: 3 September 2015   19:38 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Menjadi perempuan Pebisnis"][/caption]

Pagi ini, saya teringat akan aktivitas saya memfasilitasi sekian banyak training untuk kaum perempuan akar rumput yang menjadi kelompok dampingan Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh sejak tahun 1993. Ribuan perempuan akar rumput sudah diberikan pelatihan. Ada pelatihan leadership, ada pelatihan gender, ada pelatihan menulis, ada pelatihan ketrampilan dan bahkan pelatihan manajemen usaha untuk membnagun jiwa entrepreneurship di kalangan peempuan. Pokoknya sangat banyak pelatihan gratis yang dilakukan lembaga ini dalam rangka pemberdayaan dan penguatan perempuan di Aceh sebelum bencana tsunami dan post tsunami.

Satu hal yang menarik dan  penting serta melatar belakangi atau menjadi alasan mengapa perempuan dibekali dengan pengetahuan, ketrampilan dan sikap kewirausahaan atau entrepreneurship adalah dilandasi pada persoalan kehidupan perempuan yang sejak dahulu banyak berada dan bahkan terjerembab di jurang kemiskinan. Jumlah perempuan yang miskin di negeri ini jauh lebih besar dibandingkan jumlah laki-laki yang miskin. Bila jumlah penduduk miskin pada tahun 2015 diprediksi mencapai 30,25 juta orang atau sekitar 12,25 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Maka, angka kemiskisnan perempuan bisa mencapai 70 % lebih dari angka kemiskinan tersebut. Angka yang cukup besar dan melahirkan gap yang sangat renggang antara kemiskinan yang dialami oleh laki-laki dibandingkan kemiskinan perempuan. Ini juga merupakan kondisi kehidupan yang jauh dari kondisi ideal yang kita inginkan. Tentu kondisi ini tidak boleh terjadi, karena sesungguhnya laki-laki dan perempuan, sama-sama punya hak untuk bisa hidup layak. Bikan hanya karena persoalan hak, tetapi juga bial angka kemiskinan terlalu besar melanda perempuan, maka kemiskinan itu akan membahayakan kehidupan suatu bangsa, yakni bangsa Indonesia. sebab, bila perempuan terus terbenanm dalam kemiskinan, maka akan membuat perempuan tidak hanya miskin harta, tetapi juga akan miskin secara intelektual. Bila kemiskinan intelektual dan kemiskinan finansial melilit perempuan, maka mereka akan melahirkan generasi bangsa yang berkualitas rendah. Jadi kemiskinan yang dialami perempuan harus segera diberantas, baik material maupun intelektual.

Selain bahaya tersebut di atas, martabat perempuan juga akan sangat rendah, apabila perempuan tidak memiliki penghasilan sendiri. sangatlah tidak enak bagi perempuan ketika harus selalu menunggu penghasilan atau menerima rezeki yang dibawa suami. yang namanya pemberian suami, adalah menerima apa yang ada dibawa suami. Kalau ingin lebih, ya harus diminta. tentu saja meminta uang pada suami terus, ya tidak enak rasanya. Ketika posisi perempuan sebagai penerima nafkah yang dibawa suami, maka perempuan hanya berfungsi sebagai penerima. Padahal, tangan di atas, itu lebih terhormat dibandingkan tangan di bawah, ya menadahkan tangan semata.

Nah, berangkat dari kondisi yang disebutkan di atas, maka sangat penting bagi kaum perempuan untuk memiliki penghasilan sendiri. Untuk bisa memiliki penghasilan sendiri, para perempuan tidak bisa hanya berpangku tangan. Perempuan harus berupaya meningkatkan kapasitas diri, meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan juga mengubah sikap dan perilaku yang selama ini  menanti atai menerima saja apa yang ada dibawa suami, kini perempuan harus bekerja dan buka usaha, kembangkan potensi diri. Sekecil apapun hasil yang diperoleh, akan sangat nikmat rasanya. Apalagi  bila perempuan bisa mendapatkan penghasilan yang lebih besar. Perempuan akan memiliki otoritas dalam penggunaan uang yang diperoleh dari penghasilan usahanya. Persoalan kedudukan perempuan di tanah domestik, banyak menjadi hambatan bagi perempuan dalam menjalan usaha. Oleh sebab itu tidak mudah.

Memang tidak mudah, tetapi perempuan harus mampu keluar dari persoalan kemiskinan yang sudah mengakar itu. Karena  sejarah mencatat bahwa akar ketertindasan perempuan secara ekonomi, politik, dan sosial berawal dari penyingkiran kaum perempuan dari ruang dan penguasaan alat-alat produksi. Lahirlah kemiskinan perempuan. Namun, apapun kondisinya, peempuan memang harus secepatnya membangun diri sendiri, memulai usaha-usaha yang bisa membangun kemandirian ekonomi. Apalagi kini masyarakat kita dihadapkan dengan persaingan global yang semakin ketat. belakunya  MEA  akan menjadi ancaman bagi kaum perempuan di Indonesia, bila perempuan masih terus berada pada posisi penerima nafkah. Oleh sebab itu, sekali lagi, mulai sekarang buka;lah usaha, mulailah menjalankan bisnis, walau kecil-kecil. Karena hasil yang diperoleh akan membuat perempuan lebih berdaya. Jangan tunggu lagi. lebih cepat memuali, maka akan lebih baik.

Oleh Tabrani Yunis

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun