Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyegerakan Kebahagian Orang

17 Oktober 2019   00:39 Diperbarui: 17 Oktober 2019   01:19 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Tabrani Yunis

 Kita semua mendambakan kehidupan yang bahagia. Semua orang, pasti ingin bahagia. Mengapa demikian? Karena bahagia adalah suatu kondisi kehidupan yang ideal, walau kadangkala indikator bahagia itu relatif. 

Dikatakan demikian, karena dalam realitas social kita menemukan hal-hal yang saling berbeda terkait dengan bahagia itu. Ada banyak orang yang berpendapat bahwa bahagia itu kalau memiliki segalanya. 

Seorang dianggap sudah bahagia, apabila sudah punya atau memiliki rumah besar dan mewah, sehingga banyak pula orang yang berlomba-lomba membangun rumah sebesar dan semewah mungkin.  

Namun, rumah dan mobil mewah yang dimiliki tersebut banyak yang tidak membuat mereka bahagia. Ada pula yang lebih ekstrim, katanya, bahagia  itu kalau punya banyak istri, lalu berupaya beristri lebih dari satu, sayangnya setelah punya dua atau tiga istri, yang didapat bukannya bahagia, tetapi sebaliknya. Ya, banyak orang yang tidak bisa menikmati kebahagiaan itu.

Sementara itu,  ada pula orang yang hidupnya sederhana, tidak punya rumah besar dan mobil mewah, tetapi bisa menikmati apa yang disebut bahagia itu. Hidup mereka terlihat aman dan damai, tidak berkeluh kesah, tidak merasa kurang dengan apa yang dimiliki. 

Yang jelas, kehidupam mereka dalam keluarga pun tidak banyak keluh kesah. Kita harus akui  betapa indahnya bisa begini.  Kondisi bahagia seperti ini sering menjadi teka-teki bangi banyak orang. Banyak yang bertanya, bagaimana orang yang sederhana, tetapi bahagia? 

Ternyata, kuncinya sederhana pula. Hal itu, mungkin hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang hidup dalam kesederhanaan. Orang yang merasa aman hidup dalam kesederhanaan, akan bisa dengan mudah bersyukur akan nikmat Allah yang mereka sudah dan sedang nikmati. Ternyata kebahagiaan itu bisa dinikmati karena bisa bersyukur. 

Ya, untuk mencapai kebahagiaan tersebut, bisa dicapai dengan cara sederhana, yakni bersyukur. Ya, ternyata bahagia itu sederhana. Hanya dengan sebuah kesadaran, sebuah kemauan untuk bersyukur kepada Allah yang mengatur segalanya dalam hidup ini. Idealnya memang begitu. Namun, dalam realitas sosial, kondisi yang ideal tersebut sering dianggap sesuatu yang sulit untuk diwujudkan. 

Sulit dilkukan, hingha sulit untuk diraih. Apalagi kerap yang namanya bahagia itu tidak didapat dengan hitungan waktu yang pas. Begitulah bahagia itu. 

Pokoknya, semua ingin bisa berbahagia. Namun, tidak semua orang bisa merasakan kebahagiaan itu. Maka, bersyukurlah bagi orang-orang yang sudah merasakan nikmatnya bahagia dengan pandai bersyukur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun