Photo, Tempo.coÂ
Oleh Tabrani Yunis
Pilkada di wilayah DKI Jakarta sudah usai dengan terpilihnya  Anies Baswedan yang berpasangan dengan Sandiaga Uno pada tanggal 18 April 2017 lalu. Namun, hiruk pikuk Pilkada di ibu kota Indonesia itu, masih belum hilang. Suara-suara riuh rendah, tindakan banjir bunga dan rasa tidak puas karena calon yang diusung tidak terpilih, masih mengiang-ngiang di telinga. Pokoknya, Pilkada kota Jakarta itu memang fenomenal, menjadi indikator penting bagi daerah-daerah lain di Indonesia. Buktinya, kendatipun semua proses Pilkada, hingga perhitungan suara dan penetapan hasil Pilkada selesai, masih banyak suara-suara yang terkadang sumbang dan sumbing masih terus bergelayut di mana-mana. Bahkan lebih spektakuler lagi, ada pula yang secara blak-blakan membuka rahasia keberhasilan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Misalnya, sejak kemarin ada yang menulis tentang rahasia itu. Ada yang mengatakan bahwa JK ternyata berada di balik kemenangan Anies. Kita pun tertegun dan bahkan mengangguk-angguk sambil merasa-rasakan renyahnya rasa politik di tanah air. Bila itu benar, maka ada dua kutub kekuatan politik yang berada di kedua pasangan calon Gubernur Jakarta saat itu. Ada banyak isu bergentayangan yang mengatakan bahwa Ahok mendapat dukungan dari orang nomor satu di Indonesia, yakni Jokowi. Bukan saja dukungan dari Jokowi, tetapi kekuatan Partai Pemenang Pemilu, PDIP dengan dedengkotnya Megawati.  Lalu, kekuatan kutub kedua, berada di tangan orang kuat kedua negeri ini, yakni Jusuf Kala (JK) yang menjadi pendukung Anies Banswedan  dengan pasangannya Sandiaga Uno.  Kemudian, dari kedua kutub itu, masyarakat Jakarta akhirnya memberikan kepercayaan kepada pasangan Anies. Dengan banyaknya pemilih yang memberikan dukungan kepa Anies, maka Anies dan pasangannya akan memimpin Jakarta untuk lima tahun ke depan.
Nah, ketika Anies telah dipilih dan diberikan kepercayaan oleh mayoritas masyarakat Jakarta, maka pertanyaan lanjutannya, seperti apa masyarakat Jakarta harus bersikap dan berperilaku terhadap mantan Gubernur Jakarta, Basuki  Cahya Purnama, alias Ahok?  Tentu akan sangat beragam jawabannya. Bagi pendukung Ahok yang juga sering disebut Ahokers itu, tentu saja AHOK masih terus menjadi harapan. Ahok harus diperlakukan secara baik. Walau Ahok sendiri kini tersandung dengan kasus Al-Maidah, yang dituduh telah melakukan penistaan agama. Ya, akan banyak sekali hal yang akan muncul, ketika sentimen agama muncul, apalagi kalau diaduk dengan kepentingan politik, pasti semakin bercampur aduk.
Lalu, bagaimana? Lupakan saja Ahok?
Bisa jadi, memang banyak sekali orang yang memilih, ya sudah. Lupakan Ahok. Ahok bukan lagi pemimpin kota yang berpenduduk 12.7 juta jiwa itu. Ahok sudah menjadi masa lalu dan sebagainya. Tentu di satu pihak, banyak orang bertanya, pantaskah masyarakat jakarta melupakan begitu saja Ahok? Jawabannya pun beragam. Bagi yang mendukung Ahok, akan bisa memberikan penjelasan dan alasan, agar masyarakat Jakarta tidak melupakan Ahok. Ya, Ahok, jangan dilupakan. Karena Ahok dalam banyak hal telah berbuat banyak untuk kemajuan Jakarta. Ahok, katanya sudah berhasil mengubah Tanah Abang yang seram dan semrawut bisa menjadi teratur dan sebagainya. Ahok  telah banyak membuat perubahan dan segalanya. Ya perubahan dalam banyak hal banyak mengajarkan masyarakat Jakarta menjadi lebih nyaman. Walau sebenarnya, watak dan perilaku Ahok yang tegas dan kasar itu  banyak orang yang ingin melupakan Ahok.  Namun sekali lagi, akan berbeda dengan para pendukung setia Ahok.  Oleh sebab itu, kata mereka yang mendukung, ya janganlah lupakan Ahok. Apalagi kita sebagai bangsa yang katanya, sangat menghargai sejarah. jas merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah.
Tampaknya, Ahok bagi masyarakat Jakarta dan umat Islam umumnya, memang tidak bisa dilupakan. Alasannya, Ahok bagi umumnya umat Islam adalah batu sandungan, karena kasusnya yang dituduh melakukan pensitaan agama. Terlalu banyak kenangannya. Â Apalagi setelah maju ke pengadilan, Jaksa penuntut umum, memberikan ganjaran hukuman yang menyakiti hati umat Islam. Jadi, semakin sulit bagi kebanyakan masyarakat jakarta untuk melupakan Ahok. Â Kalau begitu, maka benarlah bila ada yang berkata, Jangan Lupakan Ahok. Cerita Ahok masih panjang. Ahok akan bisa dilupakan, apabila masyarakat Jakarta dan umat Islam mau membuka pintu maaf kepada Ahok.
Pertanyaan akhir , apakah Ahok dilupakan saja? Mungkin sebaliknya, Jangan lupakan Ahok?Â
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H