Mohon tunggu...
Stenly Taaluru
Stenly Taaluru Mohon Tunggu... Arsitek - masih belajar

masih belajar mencerna untuk bercerita

Selanjutnya

Tutup

Politik

Harum Nasiku

25 Januari 2020   18:19 Diperbarui: 27 Januari 2020   21:41 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber:screenshoot akun youtube kompas tv.

Nasi, nasi apa baunya harum, warnanya merah?

Maaf! Itu cuma pertanyaan guyonan khas para stand up komedian saja untuk membuat para pendengar mereka riuh. Saya kira, setiap nasi yang selesai dinanak memunculkan bau yang harum -- entah itu nasi yang dibuat dari beras merek "SWA" seharga Rp15.000, atau nasi berperawakan tambun dari hasil olahan beras bulog jatah masyarakat miskin yang banyak beredar beberapa tahun kemarin. Perihal nasi, bapak saya lebih memilih beras yang pertama dibanding belakangan. Bukan karna persediaan keuangan bulanan kami dengan mudahnya menyuplai beras kualitas premium, tapi baginya, beras kualitas jempolan dengan tekstur lembut dapat dinikmati meski tanpa lauk pauk sekalipun.

Tapi apapun berasnya, bila nasi sudah berumur lebih dari 24 jam, lebih -- lebih bila tak dipanaskan sama sekali, nasi akan menjadi busuk. Jenis beras apapun itu. Dalam hitungan seminggu, nasi yang tadinya hanya mengeluarkan bau aneh tak karuan bisa -- bisa "melahirkan" segerombolan ulat -- ulat yang menjijikkan pula. Bagaimana bila nasi itu dibiarkan dua minggu hingga sebulan? Saya tak bisa menjelaskan wujud dan aromanya.

Di kampung saya -- saya kira hampir diseantero kampung-kampung kita -- jangankan nasi busuk hingga berulat. Menyisahkan sebiji nasi saja di atas piring makan bisa menyulut perdebatan panas khas ILC pindah ke meja makan, dan salah seorang paman saya dengan pernyataan-pernyataan kritisnya berperan sebagai Dato Karni Ilyas.

Itu perihal nasi.

Dua minggu belakangan ini, media pemberitaan juga ramai dengan seseorang yang namanya mirip frase "nasi yang harum".  Harum Nasiku.

Maksud saya Harun Masiku. Setelah membuat penasaran jutaan pemirsa berita tentang siapa dia, kehebohan -- kehebohan lainnya muncul seolah tak terduga.

Bayangkan! Setelah negara (melalui Dirjen Keimigrasian) menyampaikan bahwa yang bersangkutan telah meninggalkan tanah air sejak 6 Januari sambil mementahkan klaim investigasi salah satu media terkemuka yang menyatakan bahwa "beliau" telah kembali ke Indonesia pada tanggal 7 Januari, beberapa hari kemarin, negara kembali meralat temuan tersebut dan sependapat dengan Tempo ikhwal sasus tersebut.

Negara dan alatnya bisa juga keliru, yah?

Mari kembali ke bahasan tentang nasi sebelumnya. Bila setelah dua hari, harum-nya nasi bisa berubah menjadi busuk, apa yang terjadi bila nasi itu dibiarkan selama dua minggu? Ulat -- ulat kecil dan nasi pastinya telah bercampur baur.

Seorang kawan saya yang pernah mengalami "kasus" serupa karna lupa "menyelamatkan" nasi dari sebuah rice cooker yang ditinggal liburan semester sebulan penuh, mendapati nasi dalam wadahnya telah berubah wujud menjadi materi halus bercampur mahkluk kecil menjijikkan dengan bau yang tak bisa ditolelir bahkan oleh hidung sepesek hidung saya ini. Tak tanggung -- tanggung, tak hanya nasi basi itu yang dibuang, alat penanak nasi buatan Jepang itu pun ikut dilempar ke tempat pembuangan sampah RT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun