Peperangan yang tengah terjadi di Palestina merupakan satu fakta yang mencolok mata. Ketika jargon HAM nyaring di dunia Barat, pembantaian terhadap 32.782 orang Gaza termasuk 13.000 anak-anak dan di Tepi Barat 455 orang termasuk 116 anak Palestina sejak 7 Oktober 2023 (Update al Jazeera, Maret 2024) seolah menjadi diorama dan pertunjukkan fiksi di negeri dongeng. Seluruh dunia menyaksikan pembantaian ini dengan dengan amat terang, tapi tak berdaya apa-apa; hampir tidak ada yang dapat menghentikan kekejian Israel. Bahkan PBB sekalipun.
Ratusan Resolusi PBB tak dapat menghentikan kekejian entitas zionisme di Gaza. Resolusi PBB pada 29 November 1947, membagi wilayah Palestina untuk Israel dengan lebih dari 56% bagiannya, tetapi Israel melanggar dengan terus melangsungkan agresi dan aneksasi ke Ibu Kota Yerussalem, Gaza dan Tepi barat. Ini membuktikan bahwa Israel hanya menghendaki agar Palestina dikuasai secara keseluruhan.Â
Resolusi DK PBB tahun 22 November 1967 pun malah melegalisir agresi Israel di Ibu Kota Yerussalem. Yang teranyar, Resolusi PBB tanggal 27 Oktober 2023 tentang perlindungan warga sipil dan penegakan kewajiban hukum dan kemanusiaan dalam perang Israel-Hamas, dilanggar dengan serangan terus menerus kepada warga sipil dengan sangat keji dan tidak berperikemanusiaan.Â
Akhirnya, semua resolusi yang dilayangkan PBB di dalam forum internasional itu hanya menjadi gonggongan anjing, kafilah berlalu. Tentu barang tidak aneh, sebab PBB merupakan ibu susu yang turut membantu kelahiran Negara Israel di muka dunia pada 11 Mei 1949.
Bila ibu susunya PBB, maka ibu kandungnya tidak lain adalah Inggris dan melalui Deklarasi Balfour tahun 1917. Jadi bagaimana mungkin ada seorang ibu yang hendak mematikan anaknya sendiri?
Angka pembantaian yang mencapai hampir 33.000 jiwa, dihitung sejak meletusnya Thuufan Al Aqsa. Tentu hanya sebagian kecil dari total keseluruhan jumlah martir bila dihitung sejak tahun 1948 pada hari Nakbah (pengusiran penduduk palestina) setelah didirikannya negara Israel. Tetapi sebelum lebih jauh membahas mengenai persoalan politik internasional yang amat pelik. Pertanyaan mendasar yang perlu terlebih dahulu diajukan adalah, ada apa di Palestina, mengapa Palestina menjadi sasaran Zionis-Yahudi?
Keistimewaan Masjidil Aqsa, Palestina
Masjidil Aqsa yang memiliki arti "masjid terjauh" terletak di Alquds Palestina. Sebuah kompleks yang terletak di Ibu Kota Yerussalem ini disebutkan dalam Alquran sebagai tempat yang suci lagi diberkahi (Lihat QS Al Anbiya [21]: 81). Masjidil Aqsa merupakan Kota Suci Ummat Islam yang memiliki sejarah panjang dalam perjalanan Risalah dan merupakan satu dari tiga tempat paling penting bagi ummat Islam di dunia setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.Â
Masjidil Aqsa merupakan kiblat pertama Ummat Islam. Pada bentangan tanah ini, terdapat bekas tapak sujud 124.000 Nabi dan Rasul yang menunaikan shalat berjamaah. Juga menjadi turning-point Rasulullah memulai perjalanan mi'rajnya ke langit ke 7 dalam persitiwa Isra Miraj. Jadi letak keistimewaan Masjidil Aqsa, ada pada keagungan tiap jengkal tanahnya yang begitu kemuliaan di sisi Allah dan pada nilai sejarahnya yang begitu berharga.