Mohon tunggu...
Syifa kurnia Ningsih
Syifa kurnia Ningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sejarah

jangan berpikir untuk menyerah sebelum mencoba

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perjuangan Rakyat Indonesia di Bekasi Mempertahankan Kemerdekaan Tahun 1945 - 1949

3 April 2021   10:55 Diperbarui: 6 April 2021   14:59 1060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada masa perang mempertahankan kemerdekaan  Republik Indonesia tahun 1945 - 1949, Bekasi merupakan daerah yang letaknya sangat strategis, baik dalam menghadapi tentara Jepang, tentara Sekutu maupun tentara Kolonial Belanda. Oleh karena itu posisi Bekasi memiliki arti penting dalam usaha menghadang kedatangan pasukan Belanda dan berusaha mempertahankan penguasaan kembali Belanda atas Bekasi.

Pada tanggal 16 Agustus 1945 beberapa orang pemuda pelopor dari Jakarta datang ke Bekasi dengan membawa kabar, bahwa besok di Lapangan IKADA Jakarta akan ada suatu peristiwa besar dan penting bagi kemerdekaan Indonesia. Keesokan harinya sejumlah pemuda Bekasi berbondong - bondong menuju Jakarta. Setibanya di Jakarta mereka mendapat berita bahwa rapat tersebut tidak jadi diadakan di Lapangan Ikada, karena tentara Jepang mengadakan penjagaan sangat ketat. Rapat itu dialihkan ke Jalan Pegangsaan Timur 56. Mereka pun menuju ke sana dan selanjutnya ikut menyaksikan upacara proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Para pemuda Bekasi kemudian kembali ke tempatnya masing - masing. Mereka menyebarluaskan berita proklamasi kemerdekaan kepada masyarakat dengan penuh kegembiraan, dan masyarakat pun menyambutnya dengan penuh semangat. Perjuangan menegakkan kemerdekaan terus berlangsung di mana - mana. Pasukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang baru dibentuk pada tanggal 22 Agustus 1945 bersama para pemuda dan masyarakat Bekasi mengadakan pertahanan di daerah Cakung Talang Dua, Marunda, Pondok Gede, dan Stasiun Kereta Api Bekasi. Di Stasiun Kereta Api mereka mengawasi ke luar - masuk kereta api, karena ada berita bahwa setelah Jepang kalah, pasukan Belanda dan Sekutu akan datang.

Pada bulan september 1945 tentara Sekutu berdatangan ke Bekasi dari Jakarta yang di belakangnya ikut serta serdadu Belanda yang menamakan dirinya serdadu Netherland Indies Civil Administration (NICA). Pada tanggal 19 September 1945 BKR Bekasi telah dikirim lebih 10.000 rakyat dalam rapat raksasa dilapangan IKADA Jakarta. Moeffreni Moe'min diberi tugas untuk mengawal Presiden Soekarno. Diadakan rapat raksasa tersebut sebagai bukti kebulatan tekad bangsa Indonesia untuk mempertahankan proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.

Pagi - pagi pada bulan Oktober I945 iring - iringan kendaraan lapis baja dan truk tentara Sekutu sudah ada di Rawapasang Kranji dan menguasai desa Medan Satria. Bersamaan dengan itu kesatuan pencak silat dari Subang yang tidak mau ketinggalan ikut berjuang di front pertempuran, mendahului pasukan - pasukan lainnya. Mereka menutup jalan kereta api, kemudian berbaris membentuk barikade dengan persenjataan yang sederhana berupa golok, keris, dan bambu runcing. Begitu iring - iringan kendaraan tentara Sekutu berhenti di depan mereka, serentak mereka meneriakkan takbir "Allahu Akbar" berulang kali. Mereka segera bersama - sama menyerbu musuh. Golok, keris, dan bambu runcing  menghampiri tubuh - tubuh serdadu Sekutu. Pergulatan di atas panser dan truk berkobar dengan sengit. Pendekar - pendekar Subang dengan tangkas dan cekatan memainkan golok dan senjata tradisional sehingga serdadu - serdadu Sekutu banyak yang tak bisa menggunakan senjata apinya. Pertempuran satu lawan satu ini berakhir dengan meninggalkan 6 orang pendekar gugur dan sejumlah serdadu dari pihak musuh menjadi korban. Pasukan pendekar berhasil merampas 12 pucuk senjata karaben dan senapan mesin. 

Pada 13 November 1945 pasukan serdadu NICA melancarkan serangan ke desa Jakasampurna dari arah Pondok Gede. Pertempuran pun berlangsung di Cikunir, Kampung Dua, dan terus sampai ke Kranji. Pada bulan ini terjadi pula beberapa kali serangan dari pihak musuh di daerah Bekasi. Di antaranya, mereka menyerang kota Bekasi dari semua arah, yaitu dari jurusan barat, utara, timur, dan selatan. Mereka pun mengepung pertahanan pihak tentara Republik Indonesia yang berada di depan sepanjang pertempuran sampai ke Kranji. Dari arah Klender pasukan mereka bergerak melalui jalan kereta api ke Bojong Rangkong. Dari sebelah utara mereka bergerak dari Warung Jengkol (Cakung) menuju Kranji, sedangkan dari arah selatan pertempuran berlangsung sejak dari Kebantenan, lalu di Jatiasih, daerah luar Pondok Gede, Kampung Pekajon, dan daerah - daerah Bekasi Barat lainnya. Pertempuran yang terjadi di Warung Jengkol (Cakung) mengakibatkan jatuhnya korban pada kedua belah pihak. Dari pihak Republik Indonesia terhitung 13 orang tewas, di antaranya Kamaruddin dan Naif, yang dijuluki jagoan. Sekutu berusaha menusuk jantung Bekasi. Di kampung Rawa Pasung, mereka dihadang TKR, Barisan Banteng Republik Indonesia (BBRI), Laskar rakyat (LR) dan Pasukan Pencak Silat (PS). Merasakan sulitnya menembus pertahanan sampai kota Bekasi, Sekutu mundur dengan membawa pasukannya yang telah jadi korban. Namun, begitu tiba di Pondok Ungu, mereka harus berhadapan dengan Hizbullah pimpinan KH. Noer Alie dan dua regu pasukan dari TKR laut pimpinan Mayor Madnuin Hasibuan. Pada awalnya tentara Sekutu terdesak oleh serangan mendadak pasukan Hizbullah. Kemudian tentara Sekutu yang bersenjata lengkap balik menyerang menembakkan mortir dan meriam dari arah gardu cabang ke jembatan Sasak Kapuk. Sebagian besar pasukan mundur, namun puluhan lainnya tetap bertahan serta sekitar 30 pasukan Hizbullah menjadi korban.

Pada tanggal 13 Desember 1945 pendaratan darurat pesawat pasukan Sekutu di daerah Cakung (saat itu merupakan wilayah dari Bekasi). Penumpang yang merupakan tentara Sekutu itu lalu dilucuti senjata dan pakaiannya oleh pejuang Bekasi. Seluruh penumpang lalu ditahan di Tangsi Polisi (Sekarang Polres Kota Bekasi). Jenderal Christison selaku pemimpin tentara Sekutu mengeluarkan ultimatum untuk membebaskan para tawanan tersebut, jika tidak maka Bekasi akan dibumi hanguskan. Tentu saja para pejuang Bekasi tidak mau membebaskan para tawanan ini, justru tiga hari kemudian para pejuang Bekasi membunuh seluruh tawanan dengan rencana semula seluruh mayat dibuang ke kali Bekasi tapi karena air kali Bekasi sedang surut,lalu menguburkannya di tangsi polisi. Merasa ultimatum tidak ditanggapi, pasukan Sekutu bergerak ke Cakung, namun dapat ditahan oleh para pejuang Bekasi. Sekutu kemudian menyerang pusat kota Bekasi. Para pejuang melancarkan taktik mereka dengan membentuk pasukan pertahanan di sebelah utara, timur, dan selatan Bekasi. Taktik ini ampuh, karena sesampainya di tangsi polisi, Sekutu hanya dapat menemukan mayat - mayat tawanan yang kemudian dibawa ke Jakarta. Sekutu semakin marah melihat para tawanan yang dibunuh. Sekutu melancarkan serangan dengan membakar kampung - kampung. Namun karena tidak kunjung menemukan para pejuang Bekasi, Sekutu semakin membabibuta untuk membumihanguskan Bekasi. Bekasi dan sekitarnya hangus. Ribuan korban jiwa berjatuhan.

Berulangkali daerah pertahanan Republik Indonesia digempur dengan senjata - senjata berat dan roket dari udara. Perlawanan berlangsung sangat hebat serta sengit terjadi di sekitar Alun - alun Bekasi sampai dengan tahun 1949. Pada hari - hari selanjutnya diwarnai oleh perjuangan rakyat Bekasi, TKR Resimen V Cikampek dan rakyat Jakarta melawan kesatuan Inggris beserta NICA yang hendak menerobos ke Bekasi dengan maksud mengambil kawan-kawan mereka yang telah ditawan. Pada tahun 1948 - 1949 perjuangan rakyat Indonesia di daerah Bekasi tidak pernah ditinggalkan oleh pasukan TNI untuk melanjutkan mempertahankan kekuatan sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Edi S. Ekadjati,dkk. 1987. MONUMEN PERJUANGAN DAERAH JAWA BARAT. Jakarta : DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DlREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN PROYEK INVEN!ARISASI DAN DOKUMENTASJ SEJARAH NASIONAL. Hal 28 - 30

AndiSopandi. 2011. MENELUSURI BUDAYA DAN BAHASA MELAYU BETAWI DIALEK BEKASI:DULU,KINI DAN PROSPEK SEBAGAI MUATAN LOKAL. Edukasi, 3(1), 93 – 104.

 Adeng. 2014. SEJARAH SOSIAL KOTA BEKASI. Patanjala, 6(3), 397 – 412.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun