Mohon tunggu...
Humaniora

Warga Lintas Agama di Yerusalem Bersatu Menentang Pendudukan Israel

14 Desember 2017   16:51 Diperbarui: 14 Desember 2017   17:04 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.timesofisrael.com/

ByBagus Hasan

Umat Islam dan Kristen di Yerussalem bersatu menentang pendudukan Israel di kota tersebut. Mereka menggalang persatuan di tengah sulitnya hidup di kota mereka sendiri.

Sejak Presiden AS Donald Trump memberikan pengakuan pada Yerussalem sebagai ibukota Israel, kehidupan di kota tersebut semakin berat bagi warganya.
Abeer Zayaad, seorang warga yang juga arkeolog di museum Masjid Al-Aqsa, Yerusalem, mengatakan, warga Palestina tetap bersatu sebagai keluarga besar meski berbeda agama di tengah sulitnya hidup di kota kelahirannya ini,

"Tak masalah apa agama kami, Protestan, Muslim, Katolik dan juga Yahudi, kami tetap satu ... orang Palestina, kami menghadapi masalah yang sama yaitu pendudukan Israel ... kami keluarga besar, kami ke sekolah bersama, kami hidup bersama," kata Abeer

Aktivitas sehari-hari Abeer yang tinggal di Yerusalem Timur, sebelumnya tergolong berat. Kini, kehidupannya menjadi kian berat menyusul keputusan Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel yang memicu kerusuhan selama beberapa hari.

Abeer menjelaskan, bila ada orang yang datang dan bisa bertanya kepada setiap orang Palestina, mereka akan mendengar cerita mengerikan tentang kehidupan kami.

"Setiap tahun bertambah parah, bertambah tekanan terhadap kami agar kami angkat kaki dari Yerusalem," ujar Abeer, seperti dikutip BBC.
Sementara itu, Jonathan Abu Ali (21), seorang pemuda Palestina beragama Kristen menyuarakan hal senada dengan Abeer. Menurutnya, Yerusalem adalah milik warga Palestina apa pun agamanya.

"Tanah ini milik kami, sebagai orang Kristen, Yahudi dan Muslim. Orang luar tak boleh ikut campur urusan kami. Kami telah tinggal di sini selama berabad-abad sebagai saudara dan pemerintah menciptakan masalah," ujar dia, seperti diberitakan BBC.
Menurutnya, pengakuan Trump tersebut membuat masalah baru bagi warga Yerussalem, yang akan meningkatkan kekerasan di daerah tersebut.

Sumber: syiarnusantara.id

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun