Mohon tunggu...
Humaniora

Pesan Qur'an, Balaslah Ejekan dengan Ajakan

22 November 2017   05:31 Diperbarui: 22 November 2017   05:38 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Suatu hari, cucu Nabi Muhammad yang bernama Muhammad Al-Baqir pernah didatangi seseorang Kristen. Ia lantas berkata pada Al-Baqir, "Kamu adalah baqor (sapi)." Beliau menjawab, "Tidak, aku baqir."

"Kamu anak dari tukang masak itu?," bentaknya. "Benar, itulah pekerjaan ibuku," jawab Al-Baqir tanpa berubah raut wajahnya.

"Kamu adalah putra dari wanita hitam yang berbuat nista," kata orang tersebut. "Jika kamu benar, semoga Allah mengampuni ibuku. Jika kamu salah, semoga Allah mengampunimu," jawab Al-Baqir.

Seketika orang itu menangis melihat kesabaran Al-Baqir dan meminta maaf kepada beliau. Saat itu juga ia masuk Islam.

Apa yang diperlihatkan cucu Nabi itu adalah mengikuti jejak kakeknya dan jejak para nabi yang lain sebagaimana diabadikan dalam Al-Qur'an. Ketika bercerita tentang perilaku musyrikinyang suka mengejek para nabi, Al-Qur'an tidak pernah memberi celah sedikitpun bagi kaum muslim untuk membalasnya. Islam tak memberi izin walau satu kalimat untuk menjawab ejekan mereka.

Ketika Nabi diolok-olok, Allah memerintahkannya untuk berpaling dan tidak membalas olokan mereka. Allah sendiri yang akan membalas kata-kata keji mereka.

"Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami Memelihara engkau (Muhammad) dari (kejahatan) orang yang memperolok-olokkan (engkau)." (QS. Al-Hijr 94-95)

Begitu pula ketika Nabi Nuh diperintah Allah untuk membuat kapal di daratan. Melihat keanehan ini, kaum musyrikinmenertawakan beliau dan mengolok-oloknya. Nabi Nuh tidak membalas ejekan musuh-musuhnya. Beliau hanya berkata, "Maka kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakan dan (siapa) yang akan ditimpa azab yang kekal."

"Dan mulailah dia (Nuh) membuat kapal. Setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewatinya, mereka mengejeknya. Dia (Nuh) berkata, "Jika kamu mengejek kami, maka (nanti) kami pun akan mengejekmu sebagaimana kamu mengejek (kami). Maka kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakan dan (siapa) yang akan ditimpa azab yang kekal." (QS. Huud 38-39)

Mengejek adalah salah satu bentuk kesesatan berpikir yang muncul dari kelemahan menjawab dengan argumen. Dalam logika, ia disebut argumentum ad hominem: upaya untuk menyerang kebenaran suatu klaim dengan menunjuk sifat negatif orang yang mendukung klaim tersebut. Lagi pula, jika ejekan dibalas ejekan, maka apa bedanya kita dengan pengejek itu, dan bukankah yang terbentuk adalah "lingkaran setan" ejek-mengejek. Tak ada kebaikan dan manfaat sama sekali di dalam lingkaran tersebut.

Maka, Al-Qur'an dan para nabi, ejekan harus dibalas ajakan (dakwah). Sehingga, sebagaimana tampak dalam kisah cucu Nabi di atas, ia akan menuai keberhasilan, sebagaimana seorang Kristen pengejek cucu Nabi dalam kisah di atas yang akhirnya justru masuk Islam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun