Saya, Hanisya Aurora, mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa jurusan Ilmu Kelautan, berkesempatan melakukan wawancara dengan seorang petani di daerah Banjaragung, Serang, bernama Bapak Anas Fikri. Beliau telah lama menekuni dunia pertanian dan memiliki pengalaman yang cukup luas di bidang ini. Dalam wawancara tersebut, Bapak Anas menceritakan bahwa ia mulai bertani sejak lulus Sekolah Dasar. Keputusan untuk menjadi petani berawal dari dorongan orang tuanya yang juga berprofesi sama. Sebelum menetap di Banjaragung, beliau pernah bertani di Tangerang, dan kini sudah sekitar empat bulan menggarap lahan di wilayah Banjaragung.
Tanaman yang ditanam oleh Bapak Anas cukup beragam, antara lain kacang, bawang, jagung, pepaya, cabai, semangka, terong, singkong, ubi, dan pisang. Menurutnya, menanam berbagai jenis tanaman merupakan cara agar hasil panen tetap stabil meskipun kondisi cuaca dan tanah sering berubah. Dalam proses pengolahan lahan, Bapak Anas menggunakan cairan khusus untuk meratakan rumput dan menjaga kondisi tanah agar tetap subur sebelum ditanami. Untuk pemupukan, beliau biasanya memakai pupuk Phonska dan Mutiara karena keduanya mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman agar tumbuh optimal.
Masalah hama juga menjadi tantangan tersendiri bagi para petani. Bapak Anas mengatasi hal ini dengan melakukan penyemprotan menggunakan obat seperti Antracol. Namun, ia menegaskan bahwa penyemprotan harus dilakukan sesuai dosis, karena penggunaan berlebihan dapat memengaruhi kesuburan tanah dan merusak kualitas tanaman. Selain hama, perubahan cuaca juga sangat berpengaruh terhadap hasil panen. Ketika musim hujan tiba, beliau memilih untuk tidak menanam karena khawatir tanah menjadi tandus dan biji tanaman terbawa air hujan. Cuaca yang tidak menentu juga dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, sehingga hasilnya tidak maksimal.
Untuk pemasaran hasil panen, Bapak Anas biasanya menjualnya ke Pasar Rau di Serang. Jika hasil panen lebih banyak atau pasar sedang sepi, beliau juga menjual ke beberapa pasar besar lain seperti Pasar Induk, Pasar Anyer, dan Pasar Baru Tangerang. Dari sisi bantuan, Bapak Anas mengaku bahwa pemerintah maupun kelompok tani setempat cukup aktif memberikan dukungan kepada para petani, terutama dalam bentuk bibit tanaman dan obat-obatan untuk perawatan. Bantuan tersebut sangat membantu dalam mengurangi biaya produksi dan meningkatkan hasil pertanian.
Dari hasil wawancara ini, saya dapat memahami bahwa menjadi seorang petani bukanlah hal mudah. Dibutuhkan ketekunan, kesabaran, dan kemampuan beradaptasi terhadap berbagai kondisi alam. Sosok Bapak Anas Fikri mencerminkan semangat dan kerja keras petani Indonesia yang terus berjuang menjaga ketahanan pangan di tengah tantangan cuaca dan lingkungan. Semangat dan dedikasi beliau menjadi inspirasi bahwa pertanian masih menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat, terutama di daerah Banjaragung, Serang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI