Mohon tunggu...
Syarwini Syair
Syarwini Syair Mohon Tunggu... Petani - Pegiat Lingkungan Hidup

Seorang petani Madura yang selalu belajar membajak dan mencangkul tanah kebudayaan untuk menanam kembang kearifan. Hidup dengan prinsip: tombu atina kembang, ngalotor atina ro'om!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Semangat Kemerdekaan dan Laku Spiritual Masyarakat Madura (Energi Positif untuk Asian Games 2018)

16 Agustus 2018   11:58 Diperbarui: 16 Agustus 2018   12:30 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: idntimes.com

Pertama; Koteka. Masyarakat Maduran memandang guru dan para sepuh adalah lentera kehidupan yang sering dijadikan petunjuk dalam menghadapi beberapa persoalan, termasuk pula dalam hal perlombaan. Makanya, sebelum berangkat, meraka (para atlet/pemain) akan pamit secara resmi, dengan mendatangi langsung ke rumahnya bersama orang tua mereka.

Pamitan terhadap guru dan para sepuh, bukan sekedar meminta doa dan restu. Tapi lebih pada keperluan memohon petunjuk akan perilaku tertentu yang bisa dijadikan sebagai "syarat gaib" dalam meraih kemenangan, dalam epistemologi masyarakat Madura disebut dengan koteka.

Contoh koteka ini, misalnya: ketika mau berangkat, harus keluar dari pintu belakang rumah, terus beridiri di tengah-tengah halaman dengan menghadap ke Barat sambil membaca doa tertentu. Atau sebelum memasuki area pertandingan, disuruh menghentakkan kaki tiga kali sambil membaca doa tanpa bernafas. Dan masih banyak contoh lainnya.

Dalam koteka, perilaku itu lebih penting dari doanya. Bahkan ada koteka hanya berupa perilaku tertentu, tanpa melafadzkan doa apapun. Karena perilaku-perilaku unik tersebut sudah dianggap sebagai simbol dari doa atau pengharapan, sehingga tak perlu diucapkan lagi. Koteka seperti ini sering kali manjur.

Karena pada prinsipnya, koteka mengajarkan bahwa ada peran gaib dalam setiap usaha manusia. Dan kepercayaan masyarakat Madura, meskipun tidak tampak, faktor gaib itulah yang memegang peranan penting dalam kesuksesan seseorang.faktor gaib itu kemudian diterjemahkan sebagai pangeran (Tuhan). Jadi, koteka dilakukan untuk memperoleh perkenan ilahi.

Kedua; Tirakat. Masyarakat Madura kental dengan nuansa keagamaan, dan kekentalan ini dalam kasus-kasus tertentu sering bersifat mistis. Mistis berbeda dengan tahayul dan khurafat. Mistis adalah sebuah perilaku yang lebih cenderung kepada sesuatu yang gaib dan transenden. 

Kecenderungan ke arah sana sering kali diwujudkan ke dalam laku spiritual tertentu dengan ritme yang pakem, kemudian dikenal dengan istilah tirakat. Misalnya, dengan melakukan poasa mote, yaitu berpuasa dengan hanya makan nasi putih tanpa ikan dan sayur tiap buka dan sahur. Dan masih banyak contoh yang lain.

Tirakat adalah latihan untuk menambah kekuatan rohani dan mengundang pertolongan dari langit. Tirakat ini, bisa dilakukan sendiri oleh atlet yang hendak bertanding, atau oleh orang tua yang bersangkutan.

Sebagaimana koteka, tirakat harus dilakukan berdasarkan petunjuk guru atau sesepuh, dengan pemberian dan petunjuk khusus. Bukan hanya orang tua, terkadang masyarakat Madura ngumpul bareng-bareng melakukan sebuah ritual tertentu, demi keberhasilan seorang kontestan, baik secara sukarelawan maupun sengaja diundang.  

Itulah dua dari sekian banyak laku spiritual yang biasa dilakukan oleh masyarakat Madura, dalam menghadapi moment-moment tertentu, tak terkecuali ajang perlombaan. Tentunya, kedua laku spiritual yang saya sebutkan di atas bukan lantas mengesampingkan upaya-upaya fisik yang musti dilakukan.

Keduanya hanyalah sarana untuk semakin menegentalkan kekuatan spiritual dalam sebuah pertandingan. Meskipun tidak dijamin pasti menang, setidaknya, laku spiritual semacam itu akan membuahkan energi positif dalam bertanding. Sportivitas dalam pertandingan, bagi saya, adalah nilai yang tidak kalah pentingnya dengan kemenangan.

 Ares Tengah, 15 Agustus 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun