Mohon tunggu...
Syarifa Nessa
Syarifa Nessa Mohon Tunggu... Lainnya - Banda Aceh

Tinggal di Banda Aceh, tertarik dengan seni dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengatasi Stress Akibat Pandemi dari Perspektif Islam

4 Juni 2020   17:35 Diperbarui: 4 Juni 2020   17:36 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagai manusia, kita semua selalu membutuhkan koneksi dan interaksi sosial dan  melakukan isolasi dalam periode waktu yang lama memang memiliki dampak signifikan pada kesehatan mental. Namun, untuk menekan angka penyebaran COVID-19 yang semakin signifikan, Pemerintah Indonesia mempertegas kebijakan pembatasan sosial atau social distancing.

Selain itu, pemerintah juga mengimbau masyarakat untuk melakukan upaya isolasi mandiri (self isolated) guna mencegah penyebaran virus yang semakin meluas. Isolasi mandiri dianggap menjadi cara terbaik untuk memutuskan transmisi atau penyebaran penularan virus corona, SARS-CoV-2 sebagai penyebab Covid-19.

Meskipun Kemenkes RI secara resmi telah mengeluarkan protokol isolasi mandiri bagi masyarakat, akan tetapi orang yang merasa tidak perlu melakukan isolasi mungkin akan merasa kesepian dan tertekan jika harus melakukan karantina selama 14 hari. Penelitian menunjukkan bahwa isolasi diri juga dapat meningkatkan risiko gejala depresi dan kecemasan. Menurut neuropsikolog Dr Sanam Hafeez Ph.D, setelah periode isolasi yang panjang seseorang mungkin merasakan peningkatan kesepian, panik, paranoia, kebosanan, frustrasi, atau ketakutan.

Sebagian orang yang tetap tinggal di rumah selama pandemi Covid-19 akan mengalami stres. Terlebih bagi yang sedang bergelut dengan masalah kesehatan mental seperti depresi dan gangguan kecemasan. Menghadapi situasi sulit wabah penyakit, ditambah minimnya interaksi langsung dengan orang sekitar membuat pengidap depresi dan gangguan kecemasan rentan tertekan. Berikut cara mengatasi depresi dan stress dari perspektif Islam:

1. Tetap tenang (husnudzon dan tabayyun)

Tetap berpikir positif (husnudzon) akan situasi yang terjadi. Ini diperlukan untuk kesehatan mental diri dan dapat berpikir secara jernih dalam menyingkapinya. Anda harus dalam kondisi tenang untuk mengambil suatu keputusan yang benar. Jangan terlalu cepat berasumsi negatif dari informasi yang Anda terima padahal belum diketahui kebenarannya. Tidak ada salahnya bertanya kepada seseorang yang Anda yakini ia dapat memberikan informasi yang valid (tabayyun).

2. Jauhkan diri dari telepon pintar dan cari informasi secukupnya

Paparan informasi virus corona yang intens dapat mengganggu kesehatan mental, bahkan tak jarang menimbulkan serangan panik. Untuk itu, jauhkan diri dari telepon pintar. Saat ini tentu banyak informasi yang beredar tetapi belum tahu akan faktanya. Hal ini memancing ketakutan sehingga emosi Anda menjadi tidak terkontrol. Kecemasan dapat membuat Anda mudah stress. Mulailah mencari informasi yang benar-benar diperlukan dan positif, seperti bagaimana cara mencuci tangan yang benar atau gizi apa saja yang diperlukan untuk kesehatan Anda. Dengan mendengarkan informasi yang positif secara tidak langsung akan membangkitkan semangat Anda dalam mengatasi situasi tersebut.

3. Susun jadwal kegiatan menyenangkan

Agar Anda tidak melulu diselimuti pikiran negatif. Anda membutuhkan kreativitas mengisi waktu luang. Sibukkan diri Anda dengan jadwal harian yang menyenangkan. Rutinitas ini berperan penting untuk mengontrol emosi. Cobalah bangun lebih pagi (sebelum subuh) dan lakukan kegiatan yang sudah lama ingin Anda lakukan, seperti membaca, menghafal, atau mengulang hafalan Al-qur’an. Hindari rutinitas yang berat di pagi hari, seperti mencuci, membersihkan rumah, dan lain-lain.

4. Olahraga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun