Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan Dana Pensiun

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Ketua Dewas DPLK SAM - Humas ADPI - Asesor LSP Dana Pensiun Lisensi BNSP - Edukator Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 54 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Penelitian Dana Pensiun: Seberapa Mampu Pekerja Muda Nabung untuk Dana Pensiun?

25 September 2025   07:27 Diperbarui: 25 September 2025   07:27 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya hidup dan potensi kepesertaan dana pensiun pada pekerja muda (Sumber: Syarifudin Yunus)

Harus dipahami, pekerja muda merupakan kelompok besar pekerja yang ada di Indonesia saat ini. Bolehlah, pekerja muda disebut kalangan generasi milenial dan Gen Z yang sudah bekerja dan memiliki gaji atau penghasilan, dari rentang 20 tahun hingga 35 tahun. Data BPS (2020) menyebut saat ini Generasi Z di Indonesia mencapai 74,93 juta jiwa atau 27,94% populasi, sedangkan milenial jumlahnya sekitar 69,38 juta jiwa atau 25,87% dari populasi. Maka pekerja muda (gabungan Gen Z dan milenial) sangat dominan di Indonesia, mencapai 144,3 juta orang atau 53% dari populasi Indonesia yang jumlahnya 270 juta jiwa. Bila saja pekerja muda yang bekerja mencapai 50% dari jumlah seluruh Gen Z dan milenial, maka jumlahnya mencapai 72,15 juta orang pekerja. 

Sayangnya, pekerja muda jarang yang punya dan ikut dana pensiun. Salah satu faktor yang memengaruhi keikutsertaan pekerja muda dalam program pensiun sukarela adalah gaya hidup. Gaya hidup yang konsumtif dan berorientasi pada pengalaman sesaat (seperti liburan, gadget, nongrong di kafe, dan makan di luar) seringkali mengurangi kemampuan dan kemauan untuk menyisihkan dana untuk tabungan jangka panjang. Literasi keuangan, khususnya literasi dana pensiun juga masih tergolong rendah di kalangan pekerja muda. Akibatnya, perencanaan masa pensiun menjadi hal yang diabaikan pekerja muda apalagi yang bekerja di Jakarta. Karenanya, penting untuk mengkaji bagaimana gaya hidup memengaruhi potensi dana pensiun, baik dari sisi perilaku konsumsi, kesadaran finansial, hingga kemungkinan kontribusi terhadap program pensiun secara mandiri dari para pekerja muda.

Adalah Syarifudin Yunus, dosen Universitas Indraprasta PGRI sekaligus edukator dana pensiun DPLK Sinarmas Asset Management melakukan penelitian berjudul "Tingkat Gaya Hidup dan Potensi Kepesertaan Dana Pensiun pada Pekerja Muda di Jakarta" sebagai analisis tentang hubungan antara gaya hidup pekerja muda dengan potensi dana pensiun yang bisa dimiliki sebagai bagian perencanaan hari tua sejak dini. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tingkat gaya hidup dan potensi partisipasi dana pensiun (DPLK) di kalangan pekerja muda di Jakarta menyimpulkan 46% pekerja muda memiliki gaya hidup berbiaya rendah, sehingga mereka menyatakan dana pensiun penting untuk dipersiapkan sejak dini. Selain itu, 46% responden memiliki kemampuan menabung di DPLK dengan iuran bulanan antara Rp100.000--Rp300.000, 28% mampu mengiur lebih dari Rp300.000, sedangkan 26% hanya mampu menyisihkan iuran kurang dari Rp100.000 per bulan.

Tingkat kepedulian ini memperlihatkan variasi kesiapan finansial yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor yaitu 1) gaya hidup konsumtif yang masih dominan menyebabkan sebagian pekerja muda menunda perencanaan pensiun, 2) rendahnya literasi keuangan terkait dana pensiun membuat mereka kurang memahami manfaat dan urgensi kepesertaan DPLK, 3) persepsi bahwa masa pensiun masih jauh mendorong sikap menunda, sehingga menurunkan komitmen untuk berpartisipasi aktif. Karenanya, beberapa strategi dapat ditempuh untuk meningkatkan partisipasi pekerja muda dalam program pensiun antara lain pendidikan dana pensiun yang relevan dan kontekstual, penyediaan platform digital yang memudahkan akses, penerapan sistem insentif untuk menarik minat, serta memposisikan DPLK sebagai bagian dari gaya hidup modern. Selain itu, inovasi produk DPLK ultra-mikro diperlukan yang menjangkau pekerja dengan kemampuan finansial terbatas. Jika langkah-langkah strategis ini dijalankan secara konsisten, maka partisipasi pekerja muda dalam DPLK berpotensi meningkat signifikan. Dengan demikian, dana pensiun di Indonesia dapat memasuki era "fajar" yang ditandai dengan kesadaran dini, bukan lagi dipandang sebagai "era senja" yang hanya relevan menjelang usia pensiun.

Hasil penelitian tentang ":Tingkat Gaya Hidup dan Potensi Kepesertaan Dana Pensiun pada Pekerja Muda di Jakarta" telah terbit di Jurnal Menawan (Jurnal Riset dan Publikasi Ilmu Ekonomi) Volume. 3, Nomor. 5 September 2025 dengan e-ISSN: 3025-4728, p-ISSN: 3025-5899, Hal 52-64 yang terbit pada  24 September 2025 - https://journal.areai.or.id/index.php/MENAWAN/article/view/1841.

Penelitian ini menyiratkan bila gaya hidup bisa tumbuh pesat di kalangan pekerja muda, kenapa dana pensiun tidak? Karena itu, diperlukan rancangan edukasi dan produk dana pensiun yang lebih relevan dan menarik bagi generasi muda perkotaan khususnya untuk mendongkrak penterasi dana pensiun di kalangan pekerja muda sesuai Peta Jalan Dana Pensiun di Indonesia. Yuk siapkan pensiun #PenelitianDanaPensiun #EdukasiDanaPensiun #YukSiapkanPensiun

Edukasi dana pensiun di kalangan pekerja muda (Sumber: Syarifudin Yunus)
Edukasi dana pensiun di kalangan pekerja muda (Sumber: Syarifudin Yunus)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun