Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tafsir Emansipasi Zaman Now di Hari Kartini

21 April 2022   12:18 Diperbarui: 21 April 2022   12:29 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Catatan sejarah sudah membuktikan. Bahwa Ibu Raden Ajeng Kartini, sang pahlawan nasional adalah perempuan hebat. Selain dikenal pejuang emansipasi, Kartini pun punya cita-cita besar untuk memajukan perempuan Indonesia pada masanya. 

Semasa hidupnya, Kartini terpaksa tidak melanjutkan sekolah dan menjalani pingitan. Akibat budaya dan tradisi Jawa pada saat itu,Namun begitu, Kartini tetap bermimpi untuk bisa meneruskan pendidikannya. 

Di sela aktivitas surat-menyurat dengan teman-temannya yang berada di Belanda, Kartini pun tertarik pada kehidupan dan cara berpikir perempuan di Eropa. Kartini bermimpi agar perempuan pribumi dapat mengenyam pendidikan setinggi mungkin tanpa terbatas dengan tradisi.

Namun sejatinya, apa yang diperjuangkan Ibu Kartini sejatinya sudah kelar. Emansipasi dan kesetaraan gender sudah tidak jadi isu di Indonesia. Karena perempuan dan laki-laki memang sudah setara, sudah sama dari sisi apa pun. Maka persamaan hak perempuan telah usai, emansipasi bukan lagi masalah.  Bahkan tidak sedikit tafsir tentang emansipasi perempuan pun jadi kebabalasan. 

Bila mau jujur, fakta hari ini emansipasi pun sudah bergeser. Karena emansipasi perempuan, banyak yang menafisrkan sebagai perilaku dan ambisi. Emansipasi tidak lagi dilihat sebagai values atau nilai-nilai ke-perempunan-an seperti yang diperjuangkan Ibu Kartini. 

Emansipasi sering dianggap sebagai "harga" dan status sosial. Feminisme hanya sebatas gerakan. Sehingga tidak sedikit kaum perempuan yang terjebak untuk mengejar statsu sosial dan gaya hidup. 

Sosialita dan komunitas gaya hidup di kantor-kantor justru berkembang pesat. Semata-mata hanya untuk mengejar ambisi dan  memenuhi ekspektasi sosial.

Maka sebagai bahan renungan, penting bila hari ini, emansipasi perempuan dikembalikan kepada sikap, bukan ambisi. Sikap perempuan yang dinaungi nilai-nilai positif di dalam diri sendiri, bukan justru mencari dan dikejar ke luar dirinya. 

Emansipasi sebagai sikap yang dalam perbuatan yang berdasar pendirian dan keyakinan yang baik. Sementara emansipasi yang dipersepsi sebagai ambisi, tentu hanya menjadi pelampiasan hasrat atau nafsu untuk menjadi sesuatu. Ambisi untuk meraih status, pangkat atau kedudukan  agar dianggap "berhasil" di mata publik.

Tidak dapat dipungkiri, perempuan hari ini sudah banyak yang pergi pagi pulang malam. Menjadi Menteri, direktur, Wanita karier, bahakn menjadi tulang punggung keluarga. Di berbagai sector industri, di berbagai profesi. Tidak ada lagi perbedaan antara perempuan dan laki-laki. 

Bahkan lebih dari itu, saking pedulinya negara, ada kementerian khusus bernama "Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA)" yang dulunya bernama "Menteri Urusan Wanita". Sebuah komitmen negara untuk memberdayakan perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun