Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berpikir di Luar Kotak Tapi Bertahan di Zona Nyaman, Kok Bisa?

28 Juni 2021   22:08 Diperbarui: 28 Juni 2021   22:13 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini pikiran banyak orang. Perubahan boleh asal jangan ganggu kenyamanan mereka. Orang lain diminta berubah. Tapi dia sendiri tidak mau berubah. Menuntut orang lain berpikir di luar kotak. Tapi dia bertahan di dalam kotak.

Berpikir di luar kotak itu. Artinya, cara berpikir di luar batasan masalah yang ada. Berpikir dengan perspektif yang baru. Sementara kotak itu hanya ilustrasi. Tentang orang yang membatasi diri hanya melihat masalah pada dirinya sendiri. Bukan masalah fundamental.

Maka berpikir di luar kotak, tumpuannya ada pada cara pikir baru di luar kebiasaan. Di luar pikiran sebelumnya, berbeda dari orang-orang pada umumnya. Lebih kreatif dalam melihat masalah. Atau benar-benar berpikir keluar dari yang pernah ada dari sebelumnya. Jadi, berpikir di luar kotak berarti berani untuk berpikir lebih jauh, tidak terfokus hanya pada apa yang dihadapi atau yang dianggap menganggu kenyaman diri sendiri.

Berpikir di luar kotak, sungguh hanya bisa dan terjadi apabila kita:

1. Berani keluar dari zona nyaman.

2. Berani meninggalkan keraguan atau ketakutan.

3. Mau mendengarkan orang lain, terbuka, dan menerima. Bukan memaksa atau bertahan.

4. Mau terbuka terhadap kemungkinan baru, beda dengan yang sebelumnya.

5. Tidak memaksakan kepentingan sendiri tanpa tahu kepentingan yang lebih besar.

Si Albert Einstein yang bilang "Hanya orang-orang gila yang mengharapkan hasil berbeda akan tetapi menggunakan cara-cara yang sama". Bagaimana mungkin?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun