Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Beda Orang Biasa dan Orang Luar Biasa

14 Maret 2021   08:31 Diperbarui: 14 Maret 2021   08:44 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Saat ditanya, mau jadi apa? 

Banyak orang menjawab. Mau jadi orang sukses, mau jadi orang kaya. Ada yang mau jadi orang hebat. Bahkan mau jadi orang terkenal, katanya. Semoga tercapai ya. Itu semua cita-cita yang luar biasa. Mau jadi orang yang luar biasa. 

Maka hanya sedikit sekali, saat ditanya "mau jadi apa?". Jawabnya, mau jadi "orang biasa".

Orang biasa, yang tidak harus hebat. Tidak pula terkenal. Tidak perlu kaya karena orang biasa. Namanya orang biasa, tentu bukan orang luar biasa. Orang yang sederhana. Yang masih mau belajar untuk terus menebar kebaikan, berbagi manfaat kepada orang lain. Orang biasa yang bermakna.

Orang biasa. Seperti orang-orang yang hidup di taman bacaan. Mereka yang berjuang untuk tradisi baca dan budaya literasi di tengah gempuran era digital. Mereka yang mengabdi di jalan sunyi, tanpa gemerlap panggung popularitas. Orang taman bacaan, mereka yang terlihat biasa-biasa saja. Tapi tekun menghidupkan tradisi baca yang lebih dihormati. Bukan orang-orang luar biasa yang hebat tapi rapuh. 

Orang biasa itu lawannya orang luar biasa.

Punya pangkat, punya jabatan. Bergelimang harta hingga mengukir status sosial mentereng. Itu semua ciri-ciri orang luar biasa. Maka wajar, orang luar biasa saat komen di media sosial pun seenak-enaknya. Hanya dia yang benar, yang lainnya salah. Orang luar biasa, mereka merasa sudah "jadi sesuatu" dari sebelumnya yang "bukan apa-apa".

Berbeda dengan orang biasa. Orang yang sederhana, yang selalu merasa bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa. Orang biasa yang diberi anugerah seberapapun disyukuri, tanpa dikeluhkan. Orang biasa yang selalu ikhtiar menebar kebaikan untuk orang lain. Orang-orang yang selalu nrimo, apa adanya. Orang biasa yang percaya, apa pun yang terjadi. Semuanya atas skenario Allah SWT. Orang biasa hanya bisa bersyukur dan bersabar, dalam segala keadaan.

Orang biasa, tidak pernah peduli dari mana dia berasal. Orang biasa tidak peduli siapa dia sebelumnya. Orang biasa hanya focus pada "siapa dia hari ini". Apa yang telah diperbuatnya untuk orang lain, seberapa besar manfaatnya untuk orang lain semasa hidupnya di dunia.

Maka dalam literasi orang biasa. Sama sekali tidak perlu jadi orang luar biasa atau orang yang sempurna. Tapi cukup jadi orang biasa yang terus-menerus menebar manfaat. Jadi orang biasa yang sederhana tapi selalu bermakna. Ikhtar jadi orang biasa yang bisa terasa. Salam lterasi #KampanyeLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun