Di jalanan, orang-orang yang menerobos lampu merah. Pasti alasannya karena "buru-buru". Orang-orang yang terlambat ke kantor, pasti alasannya macet di jalan. Dan mungkin, orang-orang tidak mau membaca buku pasti alasannya "belu ada waktu". Begitu kira-kita hebatnya sebuah alasan.
Literasi "alasan". Tentu sah-sah saja. Namun sejatinya, alasan dibuat bukan untuk membela diri. Atau melakukan pembenaran atas kesalahan. Maka, sehebat apapun alasannya. Sesuatu yang saah tidak perlu diperjuangan dengan alasan yang benar. Karena itu menyalahi hukum.
Alasan itu boleh. Bila dipakai untuk memperbaiki diri. Alasan untuk instrospeski diri, yang lebih bersifat reflektif. Maka bilanglah "Saya memang salah TAPI saya berusaha untuk lebih baik". Logika itu ada bukan untuk mengalahkan hati nurani. Karena logika itu cara, hati burani itu arah. Maka "jadilah orang yang cukup dan jangan menjadi orang yang selalu merasa kurang". Tanpa alasan, tanpa perlu dibantah. Jadilah cukup, tanpa merasa kurang.
Alasan memang baik. Asal berpegang pada hati nurani.
Mumpung masih ada kesempatan. Mumpung masih ada waktu untuk hidup lebih baik. Sebelum menyesali keputusan yang lalu, sebelum terbaring di ranjang kematian. Jadilah lebih baik, tanpa alasan apa pun.Salam literasi #KampanyeLiterasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan