Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kampanye Literasi, Siapa Follower Sejati?

19 Februari 2021   05:38 Diperbarui: 19 Februari 2021   06:09 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Ibarat di media sosial, hari ini banyak orang berlomba-lomba memiliki "follower" yang berjuta-juta. Atau setidaknya ingin pula banyak yang "nge-like" atau 'subscribe" pada setiap postingannya. Tapi sayang itu semua hanya urusan dunia. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan kebaikan atau pun amal seseorang. Namanya media sosial tentu hanya aksesori karena memang lagi zamannya. Bukan substansi sama sekali.

Sementara "amal", bisa jadi tidak banyak yang mau berlomba-lomba untuknya. Tentu, dengan berbagai alasan. Padahal konon kabarnya, amal itu mudah. Bisa berupa ucapan, perbuatan, atau getaran hati. Mungkin, karena amal memang kurang populer. Sulit mendapatkan "follower". 

Semoga kita tidak lupa. Justru amal itulah yang akan jadi "teman ketika waktu berakhir tiba". Saat istri, suami, anak, bapak, ibu, tetangga, sahabat, tak kenal lagi sosok kita. Maka, amal itulah yang akan berbicara. Tentang siapa kita, tentang apa yang telah kita perbuat sebelum wafat? Baik amal jariyah, amal ibadah, maupun amal saleh.

Seperti tamam bacaan, di manapun. Adalah "ladang amal" untuk siapa pun. Taman bacaan  ada untuk menambah timbangan kebaikan pengelolanya. Bahkan jadi arena kebaikan untuk anak-anak dengan buku. Agar ke depan, menjadi orang-orang yang literat. Orang-orang dewasa yang berpihak kepada kebaikan, kemanfaatan. Jadi, taman bacaan pun amal.

Daripada berdiam diri atau melakukan aktivitas yang sia-sia. Maka taman bacaan pun bisa jadi solusi setiap orang. Seberapa pun kontribusinya, sumbangsihnya untuk eksistensi taman bacaan.

Untuk siapa pun, bila disadari, justru "follower" sejati itu adalah "amal". Karena amal akan terus mengikuti pemiliknya sampai ke alam kubur.  Hanya ada 1 dari 3 yang mengantar mayat yang tidak akan kembali. Yaitu amal. Sementara harta dan keluarga pasti akan kembali ke dunia.

"Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya. Kecuali 3 perkara yaitu: amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang sholeh" (HR. Muslim no. 1631).

Siapa pun boleh jadi apa pun. Mau jadi kaya, punya pangkat, memiliki jabatan bahkan mau segalanya yang diinginkan, silakan. Tapi jangan lupa untuk tetap beramal, tetap menebarkan kebaikan dan kemanfaatan untuk orang lain. Amal, memang mudah bagi yang mau tapi sulit bagi yang enggan.  Maka amal, harus selalu dijaga dan ditingkatkan. Agar tidak rusak dan tidak terhapus di kemudian hari.

Perbaiki terus amal, jadikan taman bacaan sebagai ladang amal. Siapa pun dan sampai kapan pun. Karena di zaman now, banyak orang berani mendaki gunung menyeberangi laitan. Tapi sayang bila amal justru dihindari. Salam literasi #KampanyeLiterasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun