Sedih. bila aku harus meninggalkan-Mu. Sungguh, terlalu banyak noda yang aku perbuat. Terlalu banyak duka yang aku tebar. Terlalu banyak celoteh yang tak berguna.
Sementara DIA seakan terdiam membisu. Lalu, akal sehatku sempat bergeming "akulah segalanya". Aku angkuh, aku arogan, aku telah mengambil hak-Mu untuk memvonis, lalu menyalahkan yang lainnya.
Kini, aku tersadar bahwa aku bukan siapa-siapa, juga bukan apa-apa. Maka "biarkan aku yang pergi"...
Ciuman hangat-Mu, senyuman kasih-Mu di setiap nafasku adalah pertanda DIA tidak pernah sudi membiarkan aku menghadapinya sendiri. Zat-Mu selalu ada dan dekat dengan umat-Mu.
Aku pun terperanjak. Sadar. Bahwa berada di pangkuan-Mu yang lembut itu lebih baik daripada merasa bahagia dalam dekapan dunia. Aku hanya seorang hamba yang hina, papa.
Aku yang harus mencintai-Mu. Aku pula yang wajib menyenangkan-Mu. Entah apapun, rasa dan keadaanku. Karena anugerah dan karunia-Mu terlimpah begitu besar padaku. Allahu Akbar.
Biarkan aku yang pergi.
Karena aku ingin sekali menjunjung-Mu dalam anganku. Aku ingin mempersilakan-Mu ada dalam hatiku. Aku ingin membiarkan-Mu menjadi impianku.
Dan aku ingin terbang dalam dekapan-Mu. Sebentar lagi, setiap manusia. Akan katakan biarkan aku yang pergi. Walau memelas pinta, merintih duka. Aku kan tetap mencari keabadian cinta-Mu.
Aku tahu. Bersama malam.
Kamu paham, siapa jiwa yang mengancam; siapa jiwa yang terancam. Hingga semua terlebur dalam kelam. Terkubur alam. Hingga sakit dan pahit itu terasa menjerit.