Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tangan Dingin Seorang Ibu (Selamat Hari Ibu)

22 Desember 2019   05:08 Diperbarui: 22 Desember 2019   05:04 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sehebat dan sesukses apapun si anak. Sudah pasti, tak akan mampu membalas jasa dan pengorbanan ibu. Karena ibu, sosok yang paling gigih memperjuangkan mimpi anak-anaknya. Ibu pula sosok yang paling punya kasih sayang melebihi batas langit dan bumi.

Sulit dibantah. Di balik kesuksesan seorang anak, pasti ada "tangan dingin" seorang ibu. Si anak begini sekarang, pasti ada kekuatan doa dan restu ibu di belakangnya. Ibu yang berjuang sambil merintih hingga anaknya lahir. Ibu pula yang menyusui si anak yang dulu hanya jabang bayi. Tidak peduli, ibu pun terbangun dari kantuknya saat di anak menangis di malam hari. Sekalipun letih, ia tetap mengganti popok si bayi. Apa yang dilakukan ibu, bukan hanya soal tanggung jawab. Tapi, Ibu ikhlas dan rela melakukan apapun demi anak-anaknya.

Adalah benar adanya. Surga itu ada di telapak kaki Ibu.

Perempuan yang sudi dia tetap lapar sementara anaknya kenyang. Perempuan yang rela dia tetap kehausan, sementara anaknya puas minum. Hanya Ibu, sosok yang patut dihormati dan disayangi. Maka riwayat pun menyebut "ibu" hingga tiga kali. Ibu, Ibu, dan Ibu lalu kemudian ayah.

"Seperti udara kasih yang engkau berikan, tak mampu ku membalas, Ibu" begitu lirik lagu Iwan Fals. Memang tidak akan mampu seorang anak membalas jasa ibunya. Karena, bila ada rumah yang paling luas halamannya; bila ada harta yang paling banyak sedekahnya; bila ada guru yang paling sabar mengajarnya; bila ada sentuhan yang paling tulus belaiannya. Sungguh itu semua hanya ada pada Ibu.

Maka kunjungilah Ibu. Sangat wajib, bila anak berbuat baik dan berprasangka baik kepada ibu. Berlaku lembut dan berbicara santun kepada ibu. Sambil bertindak penuh kasih sayang dan selalu berdoa untuk ibu. Ibu yang ada di rumahnya, Ibu yang bermukim di tempat si anak dilahirkan dulu.

Bukan "ibu" di media sosial. Ibu yang hanya bisa berkata-kata baik tentang ibu di dunia maya. Bertutur indah tentang ibu ada di medsos. Ibu yang kini sudah jarang bahkan tidak lagi diminta nasehatnya. Ibu yang bila mengirim WA, terlalu lama dijawabnya. Ibu yang di rumah, bukan ibu yang di medsos.

Ibu. Betapa ajaibnya sentuhan tangan seorang Ibu. Selalu menguatkan di saat anaknya lemah. Selalu membangkitkan di saat anaknya terpuruk. Sentuhan Ibu tak akan pernah tergantikan oleh sentuhan orang lain. Bahkan oleh sentuhan seorang ayah yang hebat sekalipun.

Maka hormatilah Ibu. Sayangilah Ibu. Semoga senyum selalu terpancar dari raut wajahnya. Sambil berucap terima kasih dan mohon maaf lahir batin hanya kepada Ibu. Karena tidak ada anak yang "miskin" selagi ia punya ibu yang hebat.

Agar hingga kini, batin sang Ibu tetap berkata, "Ya Allah, aku ridho kepada anak-anakku". Selamat HARI IBU. #HariIbu #Ibu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun