Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Ganti Presiden atau Tidak?

11 April 2019   17:59 Diperbarui: 11 April 2019   18:38 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di musim pilpres, kata "ganti" itu agak sensitif. Ada yang ngotot pengen ganti. Ada pula yang ingin gak usah ganti. Terus apa yang diganti? Ya, tentu apa aja boleh diganti. Ganti pekerjaan boleh; ganti handphone pun boleh. Ganti presiden or ganti penguru juga boleh. Asal sesuai mekanisme yang berlaku. Ganti pasangan juga boleh. Emang apa sih yang gak boleh di negeri ini. Apalagi netizen dan warga medsos, semuanya boleh dah...

Untuk diketahui aja, ganti itu bukan ancaman. Karena ganti itu, mungkin, lebih besar urusan emosional dan subjektif-nya. Alias nafsu dunia, maka ngotot pengen ganti. Terserah mau lewat cara apapun, pokoknya ganti aja.

GANTI itu, kata orang bahasa, sesuatu yang jadi penukar atas hal yang "tidak ada atau hilang". Jadi, kalo masih ada dan tidak hilang berarti gak bisa diganti. Istri misalnya, kalo masih ada dan gak hilang ya gak bisa diganti.

Di sisi lain, ganti juga bisa berarti orang yang menggantikan pekerjaan, jabatan dan sejenisnya. Sesuatu diganti karena ada sebabnya. Misalnya, istri meninggal dunia, nah itu baru bisa diganti. Presiden pun bisa diganti kalo meninggal. Atau presiden petahana kalah di pilpres bisa diganti sama yang menang. Tapi kalo baru sebatas nafsu atau sentimen, ya belum tentu bisa diganti.

Arti ganti yang lain adalah "bertukar; berpindah". Untuk ini, maka harus sesuai dengan mekanisme dan proses yang harus dijalankan. Sesuai aturan aja. Jadi santai saja, gak usah buru-buru. Kalo udah waktunya juga pasti diganti. Gak perlulah people power, karena pergantian itu sifat dasarnya alamiah.

Lha terus apa yang diganti sekarang?

Jujur aja, banyak yang harus diganti pada manusia sekarang. Karena hidupnya udah terlalu tamak dengan kebencian, nafsu berkuasa, bahkan cara pikir negatif. Itu semua harus diganti. Gak boleh dipertahankan lagi.

Ganti. Gantilah cara hidup yang cinta dunia jadi cinta akhirat. Gantilah cara pandang yang orientasi lahiriah jadi batiniah. Gantilah cara bertindak yang orientasi diri sendiri menjadi orientasi umat. Gantilah pikiran yang cenderung negatif jadi positif. Bahkan ganti cara-cara ingin menang dengan membenci atau menjatuhkan orang lain. Biar fair...

Gak semua hal bisa diganti. Karena semuanya sesuai dengan kehendak Allah SWT. Mau ngotot kayak apa juga, kalo Allah gak berkehendak gak bakal bisa diganyi. Gak suka dikit pengen ganti. Benci dikit minta diganti. Tampang manusia itu gak bisa diganti. 

Jadi, gak usah teriak gonta-ganti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun