Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Generasi Milenial Belum Melek soal Pensiun

12 Desember 2018   00:07 Diperbarui: 12 Desember 2018   16:58 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Survei Perkumpulan DPLK (Sept 2018) menyebutkan 60% generasi milenial tidak tahu tentang Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Sementara dari 40% yang sudah tahu menyatakan 90% belum punya DPLK. Ini pertanda generasi milenial dapat dikatakan "belum tersentuh" edukasi tentang pensiun. Atau ini pertanda generasi milenial "cuek" terhadap masa pensiun?

Saat ini generasi milenial di Indonesia yang berusia 17-38 tahun diduga mencapai 62 juta orang. Dan 32 juta dari mereka sudah bekerja dan memiliki penghasilan sendiri. Tapi sayang, bila tingkat literasi dana pensiun mereka masih rendah tentu sangat mengkhawatirkan. Apalagi generasi milenial dikenal lebih cenderung bebas dalam memilih pekerjaan, lebih kreatif dan fleksibel. Kondisi ini harus diimbangi oleh tingkat literasi dan inklusi keuangan khususnya dana pensiun yang memadai.

Bila tidak, maka sangat mungkin generasi milenial akan mengalami masaalah finansial dalam 5-10 tahun mendatang. Apa masalahnya? Karena generasi milenial memiliki gaya hidup yang tidak murah, berpotensi pengeluaran lebih besar dari pendapatan, berjiwa konsumtif yang bisa mengakibatkan hobby meminjam atau kredit. Keadaan ini, tentu harus diimbangi dengan edukasi keuangan yang lebih fokus dan spesifik dalam menyasar kaum milenial.

Oleh karena itu, industri dana pensiun khususnya DPLK perlu membuat generasi milenial lebih melek soal pensiun. Edukasi dan sosialisasi akan pentingnya mempersiapkan masa pensiun melalui program pensiun DPLK sangat perlu dilakukan kepada generasi milenial. Harus dipahami, generasi milenial pada waktunya nanti akan tampil menjadi "tonggak" ekonomi dan keuangan keluarga atau masyarakat.

Suka tidak suka, literasi keuangan soal pensiun untuk generasi milenial mutlak diperlukan. Karena bila tidak, maka generasi milenial akan jadi "beban ekonomi' ketiak mereka memasuki usia pensiun, usia yang tidak produktif lagi. Itu artinya, generasi milenial saat ini memang punya dan mudah mendapat akses keuangan. 

Tapi mereka tidak paham atas produk dan jasa keuangan yang diakses. Untuk itu, sangat diperlukan pengetahuan yang baik tentang pentingnya literasi keuangan, khususnya dana pensiun untuk generasi milenial.

Generasi milenial harus tahu dan harus sadar. Bahwa masa pensiun pasti tiba. Hari tua pasti datang. Untuk itu, sangat diperlukan pengetahuan akan pentingnya mempersiapkan masa pensiun. Tapi nyatanya, tidak banyak generasi milenial yang betul-betul serius menyiapkan dana pensiun untuk hari tuanya. Selama ini, generasi milenial hanya memikirkan kerja dan kerja setiap hari. Tanpa mau menyisihkan uang atau sebagian gajinya untuk masa pensiun.

Hari ini, generasi milenial perlu dibuat melek soal pensiun.

Selain "enjoy" dengan pekerjaaan dan hobby-nya, generasi milenial harus berani menysisihakn sebagian dari gaji atau penghasilan untuk masa pensiun. Jika tidak, maka generasi milenial akan dibuat kalang kabut bila masa pensiunnya tiba, bila sudah tidak produktif lagi. 

Bahkan bukan tidak mungkin, generasi milenial akan terjebak pada "lingkaran setan" masa pensiun mereka. Setidaknya ada 4 sebab yang bikin generasi milenial masuk ke dalam "lingkaran setan" masa pensij, seperti: 1) tabungan yang tidak mencukupi sampai masa pensiun tiba, 2) gaya hidup yang semakin meningkat dan berbiaya tinggi, 3) berjiwa konsumerime, dan 4) tidak punya program pensiun.

Sekali lagi, maka menjadi tantangan besar industri dana pensiun khususnya DPLK untuk memulai edukasi akan pentingnya program pensiun ke generasi milenial. Karena bekerja bukan cuma untuk "hari ini" tapi juga untuk "hari esok". Mempersiapkan masa pensiun sejak dini, sejak usia masih muda sangat penting dilakukan. Caranya, dengan mengikuti program pensiun DPLK yang ada di pasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun