Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Biar Enggak Stres, Itulah Arti Pelukan Jokowi dan Prabowo buat Pegiat Medsos

29 Agustus 2018   22:35 Diperbarui: 29 Agustus 2018   23:28 1299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenapa kamu masih ngomel-ngomel dan merendahkan orang lain? 

Bisa jadi kamu kurang pelukan, mungkin sudah terlalu lama kamu tidak berpelukan. Pelukan-lah dulu, biar gak stress. Peluklah pasanganmu, kekasihmu, atau temanmu biar rileks. Gak usah ingin "bertempur" melulu, gak usah benci terus-menerus. Gak usah berbuat yang jelek-jelek. Agar semuanya lebih rileks. Apalagi di musim pilpres, di tahun politik yang kian "memanas".

Buat kamu pegiat medsos, pegiat ujaran sentimen politik.

Hari ini, kamu patut bangga. Figur atau idola yang selama ini kamu benci atau kamu puja itu. Siapa lagi kalau bukan Pak Jokowi dan Pak Prabowo, Capres RI 2019-2024 ternyata mampu "berpelukan" untuk dan atas nama bangsa Indonesia.

Adalah Hanifan Yudani, atlet pencak silat Asian Games peraih medali emas yang merangkul keduanya untuk saling berpelukan. Itu tanda persatuan Indonesia. Pemuda "emas" secara spontan mempersembahkan kemenangan "medali emas" untuk Indonesia, untuk kedua Capres-nya.

Biar gak stress, itulak arti pelukan Jokowi dan Prabowo buat pegiat media sosial.

Kenapa begitu? Karena pegiat medsos itu kadang aneh.

Giliran gak suka sama pemimpinnya, kerjanya berprasangka buruk melulu. Berceloteh atau berkomentar yang jelek-jelek tentang orang lain. Terlalu dirasuki kebencian, penuh caci maki. Entah, apa gerangan yang menjadi sebab kebencian yang akut? Bahasanya selalu negatif, kata-katanya selalu merendahkan. Sepertinya, hanya dia sendiri yang paling benar.

Sebaliknya pun demikian. Giliran suka banget sama idola capres-nya, kerjanya memuja-muja yang berlebihan. Disanjung-sanjung sampai menjulang ke langit, seolah-olah semua kebaikan di dunia ini perbuatan idolanya. Untung gak sampai lupa sama Tuhan. Entah, apa gerangan yang menjadi sebab cinta yang berlebihan? Bahasanya terlalu berbunga-bunga, kata-katanya terlalu sempurna walau kadang belum tentu begitu kenyataannya.

Biar gak stress, itulah arti pelukan Jokowi dan Prabowo buat pegiat media sosial.

Lah, kalau orang kamu benci dan kamu bela saja saling berpelukan. Apalagi alasan yang kamu mau katakan untuk "tetap membenci dan berceloteh yang jelek-jelek tentang orang lain"? Apa tidak cukup pelukan Jokowi dan Prabowo sebagai sinyal bahwa politik pun butuh "kasih saying", butuh pelukan. Politik kek, demokrasi kek, itu pasti berbeda, Maka berbeda pula pilihan politik kita. Jadi rileks saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun