Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Empat Sebab Pekerja Indonesia Tidak Siap Pensiun

18 Juli 2018   00:47 Diperbarui: 18 Juli 2018   02:00 1200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebut saja, Mawar (45) kini tak bisa lagi menyembunyikan kegundahannya. Seperti tahun lalu, tahun ini mungkin juga tahun depan pun ia harus mengeluarkan banyak biaya. Selain untuk biaya sekolah anak, belum lagi kebutuhan hidup sehari-harinya. Maklum, Mawar seorang wanita karir yang single parent. Ia kian menyesal, karena tidak menyiapkan dana pendidikan anak-anaknya sejak dulu.

Tahun ini, Mawar giliran memasukkan putra keduanya di SMA. Sementara tahun depan, putra pertamanya juga akan masuk kuliah. Pontang-panting Mawar mencarikan dana sekolah anak-anaknya. Sementara ia sendiri, mungkin 10 tahun lagi harus pensiun. Berhenti bekerja karena usia pensiun telah tiba.

Kini, Mawar mengakui. Dia selama ini tidak pernah menyadari akan muncul masalah-masalah keuangan di masa dating. Entah itu biaya sekolah anak, atau mungkin biaya sehari-hari yang harus dipenuhi saat masa pensiunnya tiba.

Sebagai pekerja, Mawar sadar betul. Menabung untuk hari tua memang sangat diperlukan. Apalagi biaya hidup, dari yang kecil hingga yang besar, harus muncul da nada setiap hari. Dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun, biaya apapun akan terus meningkat. Di saat masih bekerja, mungkin tidak masalah bagi Mawar. Tapi kini Mawar kian "ketakutan", gimana jika dia sudah pensiun? Dari mana ketersediaan dana untuk memenuhi kebutuhannya bisa dipenuhi?

Mawar, mungkin pekerja lainnya, tentu akan semakin khawatir dengan masa pensiunnya. Jangan di masa pensiun, di masa bekerja saja dia harus pontang-panting memenuhi kebutuhan dan biaya yang harus ditanggungnya.

Bercermin dari kasus Mawar, sangat wajar bila pekerja di Indonesia pasti tidak siap untuk pensiun. Maka, masa pensiun akan semakin menakutkan. Apa yang bisa diperbuat, bila seorang pekerja tiba-tiba harus berhenti bekerja? Atau masa pensiunnya tiba?

Faktanya, banyak pekerja di Indonesia memang tidak siap pensiun.

Mengapa tidak siap? Setidaknya ada 2 alasan. Satu, karena sekitar 70 persen pensiunan (orang yang sudah tidak bekerja) mengalami masalah keuangan. Kedua, karena tidak adanya sumber pendanaan untuk membiayai hidup dan kebutuhan di masa pensiun.

Masa pensiun pasti tiba. Hari tua pasti datang.

Setiap pekerja pasti akan pensiun, setiap pekerja pasti menemui hari tua. Masalahnya, apakah mereka punya cukup dana untuk membiayai dirinya sendiri atau keluarganya di masa pensiun? Sementara saat ini, tidak banyak pekerja yang sudah menyiapkan masa pensiunnya. Sedikit sekali pekerja yang sudah memiliki dana pensiun, sebagai program untuk memastikan ketersediaan dana di masa pensiun.

Setiap pekerja sadar masa pensiun akan tiba. Setiap pekerja pun tahu pentingnya menyiapkan dana pensiun. Tapi nyatanya, tidak banyak pekerja yang betul-betul serius menyiapkan dana pensiun untuk hari tuanya. Selama ini, banyak pekerja hanya hanya memikirkan kerja dan kerja setiap hari. Tanpa mau menyisihkan uang atau sebagian gajinya untuk masa pensiun. Sementara orang bekerja atau pekerjaan sendiri, tidak akan awet selamanya. Sementara risiko yang akan terjadi di masa pensiun, di saat tidak bekerja lagi sama sekali belum disiapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun