Mohon tunggu...
M Syarbani Haira
M Syarbani Haira Mohon Tunggu... Jurnalis - Berkarya untuk Bangsa

Pekerja sosial, pernah nyantri di UGM, peneliti demografi dan lingkungan, ngabdi di Universitas NU Kal-Sel

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menolak WNI Eks ISIS, Risiko Besar bagi Negeri Ini

10 Februari 2020   22:13 Diperbarui: 11 Februari 2020   02:10 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Itu sebabnya saya mencoba memberanikan diri membelanya. Tetapi hanya untuk anak-anak. Bahwa mereka "mungkin" sudah terkontaminasi ideologi ISIS, bisa saja. Itulah tugas negara. Dalam perspektive saya, mereka itu dipulangkan bukan dibebaskan, melainkan melalui proses investigasi pengadilan, bahkan hukuman yang setimpal. Bukan bebas seperti orang pulang ziarah atau wisata ke luar negeri.

Bagi saya, apakah semua yang ada di Suriah itu betul telah melanggar 9 kesalahan (jika memang itu masalahnya), seperti dituduhkan? Apakah semuanya sudah membakar pasportnya? Ini misal saja.

Bukankah yang sudah pulang bercerita bahwa mereka ke sana cuma ingin hidup enak di negara muslim, yang damai dan semua kebutuhan dijamin negara. Lagian, tak semua dari mereka itu ikut berperang. Saya kira hal ini yang tak pernah (mau) dikaji banyak rekan dan orang-orang yang serta merta langsung menolak semua yang ada di camp Suriah itu kembali ke tanah air.

Perihal ada pejuang ISIS kurang ajar dan tak berperikemanusiaan, memang ya. Mereka tak beradab. Tak punya sopan santun. Isunya suka memperkosa. Suka cewek, dan sejumlah isu buruk lainnya, dan penipu. Publikasi saat mengundang umat Islam dari seluruh dunia melalui internet, untuk memberikan kehidupan yang nyaman, damai dan sejahtera, itu jauh dari bumi dengan langit. Selain itu, merusak mereka tatanan, kebudayaan, kedamaian, dan lain sebagainya. Terlalu banyak kesalahan orang-orang ISIS itu.

Karenanya, pastilah mereka itu salah. Lantas, haruskah kita ramai-ramai menolaknya jika memang mereka itu ada yang ingin balik ke tanah airnya ? Baik ideologi negara maupun ajaran agama, Islam khususnya, tak serta merta menolaknya. Terlalu banyak shirah nabawiyah yang bisa kita jadikan landasan.

Lagian, jika mereka pulang pun masih harus menjalani proses. Mereka bisa ditahan, bisa dibina, atau bisa juga dihukum mati atas dasar pelanggaran nilai kemanusiaan selama ini. Tinggal bagaimana negara saja konsisten. Misalnya jika ada orang yang sudah divonis mati, ya diekskusi. Jangan ditunda-tunda. 

Presiden Jokowi saya kira harus tegas juga. Pihak-pihak terkait, atau lembaga-lembaga yang berwenang cobalah didorong bersikap tegas. Jangan ragu-ragu. Belum seumur jagung penggagas sejumlah kerajaan di republik ini langsung ditangkap.

Sementara tokoh-tokoh HTI yang bertahun-tahun memprovokasi rakyat untuk melawan negara, hingga HTI dibubarkan, tetap saja mereka melenggang kangkung, sambil berdakwah tentang kekhilafahan.

Pasca pembubaran HTI, kini marak kemunculan Majelis Taklim, yang dikelola oleh para mantan pentolan HTI itu. Mereka bahkan ada ASN, Dosen PTS dan PTS. Isinya, apa lagi. Jika bukan soal pendirian khilafah ala Taqi'udin an-Nabhani.

Di sinilah sesungguhnya masalah kita. Jika 600 kombatan ISIS itu tak dipulangkan, apa ada jaminan mereka tak menyerang negeri ini, entah terbuka atau tertutup. Tuh mereka faham betul seluk beluk keluar masuk ke negeri ini. Ayo kita berpikir lebih luas.       

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun