Mohon tunggu...
M Syarbani Haira
M Syarbani Haira Mohon Tunggu... Jurnalis - Berkarya untuk Bangsa

Pekerja sosial, pernah nyantri di UGM, peneliti demografi dan lingkungan, ngabdi di Universitas NU Kal-Sel

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Media dan Politik Intertainment

16 November 2018   16:25 Diperbarui: 16 November 2018   18:02 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

LPTQ, Gubernur, Kementerian Agama, semuanya di Kalimantan Selatan. Belum lama ini (awal Nopember 2018) bersama Pemerintah Kabupaten Tabalong, telah sukses menyelenggaran event rutin, Musyabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat provinsi, di Tanjung, kabupateng paling unjut yang berbatasan dengan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.

Saya diundang panitia sebagai salah satu anggota Dewan Yuri MMQ (Makalah Musabaqah al- Qur'an). Sebagian dari anggota dewa yuri tersebut ada Prof HA Fahmy Arief ( Guru Besar UIN / Universitas NU Kalsel), Prof Mujiburrahman (Rektor UIN Antasari), Doktor Ahmad Kamal (Kemenag Kalsel, Miftahurrahman (alumni Mesir) dan saya sendiri (publik mengenal saya pengelola Universitas NU Kalsel). 

Ketua Dewan Yuri Ustadz Fadly Mansur, Sekretaris MUI Kalimantan Selatan. Saat sidang akhir, sempat muncul sindir menyindir dari sesama dewan yuri. Hal ini terjadi karena ada salah satu anggota dewan yuri itu yang jomplang dalam memberikan penilaian.

Peserta yang tak se daerah dengannya dinilai rendah sekali, sedang yang berasal dari daerah yang sama dinilai tinggi sekali. Tetapi karena mekanismenya sudah mutlak, maka nilai itu tetap digunakan. Tak ada perubahan apa pun ...

Seperti biasa, di era teknologi modern saat ini, semua panitia, dewan yuri, pengawas, dan lain-lainnya membuat group WA sendiri-sendiri. Tentu saja Dewan Yuri punya group WA juga ...

Usai acara, banyak yang tak sabar buru-buru left dari group WA nya. Hatta group WA dewan yuri yang saya ikuti, yang awalnya di atas 100 orang, belakang sudah separo lebih yang left.

Pada saat orang rame-buru left dari group WA tersebut, saya sempat usil. "Ngapain left? Tuh masih banyak manfaatnya" begitu ocehan saya di group tersebur. Misalnya kubilang buat menjaga komunikasi, ukhuwah, dan sebagainya. Syukur-syukur bisa menjadi media dakwah yang mencerahkan, tulisku menambahkan.

Kontan sejumlah aktivis dan para qori Kalimantan Selatan yang pernah berprestasi merespon positive gagasan ini. Jadilah group itu menjadi semacam "paguyuban" para dewan yuri. Sambil bercanda, pesan-pesan kebajikan tetap muncul di dalam interaksinya.

Ironisnya, itu tak bisa berlangsung lama. Belum sampai seminggu itu berjalan, mulailah para anggota dewan yuri itu "gatel" tangannya jika belum memposting meme-meme bernuansa politik.

Bece-bece yang muncul dari postingan mereka itu dimulai dari yang sangat halus, sampai kepada nuansa sarkastis. Tuduhan kafir kepada partai tertentu, sampai tudingan bangkitnya PKI pun ikut merebak. 

Merasa ada yang kurang beres, karena hanya tudingan sepihak, saya pun mewanti-wanti agar semua jemaat group tetap istiqomah di jalurnya semula, yakni sebagai media syiar Islam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun