Mohon tunggu...
Syamsul Alam
Syamsul Alam Mohon Tunggu... Alumnus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Pena

Selanjutnya

Tutup

Makassar

Perangkap Pinjol: Ketika Solusi Cepat menjadi Lingkarang Utang yang Menjerat

11 September 2025   12:25 Diperbarui: 11 September 2025   12:25 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Ilustrasi Pinjol (https://jalantikus.com)

Setiap hari, jutaan orang di seluruh dunia menghadapi tantangan keuangan yang memaksa mereka untuk mencari solusi yang cepat dan mudah. Dalam upaya untuk mengatasi masalah keuangan mendesak, banyak dari mereka beralih ke layanan pinjaman online, yang sering disebut sebagai pinjol. Namun, di balik janji kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan oleh pinjol, tersimpan kisah yang pahit dan menyakitkan.

Minggu lalu, Sahabat saya Asri (29) menceritakan masalah yang sedang dia hadapi. Dia merasa terjebak dalam situasi keuangan yang sangat genting ketika motornya tiba-tiba rusak parah dan membutuhkan biaya yang sangat mahal. Tanpa cadangan uang tunai yang cukup, saya kemudian memutuskan untuk mengambil jalan pintas dengan mengajukan pinjaman online.

Meskipun prosesnya terlihat praktis dan dana langsung cair, Asri menyadari bahwa bunga dan biaya layanan yang tinggi membuatnya kesulitan untuk membayar pinjaman tepat waktu. Bahkan, situasinya semakin memburuk karena dia terjebak dalam lingkaran utang yang tak berujung, di mana dia harus terus mengambil pinjaman baru untuk membayar yang lama.

Ketika tanggal jatuh tempo pinjaman mendekat, Asri menyadari bahwa dia tidak memiliki cukup uang untuk membayarnya. Bunga dan biaya layanan yang tinggi membuatnya kewalahan, dan dia tidak tahu harus bagaimana lagi. Tanpa opsi lain yang terlihat, dia akhirnya memutuskan untuk menggadaikan laptopnya, agar dia bisa membayar pinjaman bulan ini.

Dengan hati yang berat, dia pergi ke tempat gadai dengan laptopnya, menukarkannya dengan uang yang dia butuhkan untuk membayar pinjaman.

Saat dia kembali ke kostnya, rasanya seolah-olah semua energinya telah terkuras. Dia merasa terjebak dalam lingkaran utang yang tidak berujung, dan tidak tahu bagaimana dia akan keluar dari situasi ini. Namun, di tengah semua keputusasaan itu, dia tahu bahwa dia harus tetap berjuang, untuk dirinya sendiri. Dan dalam kegelapan keuangan ini, dia berharap akan ada cahaya di ujung terowongan, memberinya harapan akan hari yang lebih baik.

Asri terus berusaha keras untuk mengatasi masalah keuangannya. Meskipun dia telah bekerja sebagai kurir barang di JNE dengan gaji sebesar 3 juta rupiah setiap bulan, itu tidak cukup untuk menutupi pembayaran pinjolnya yang semakin meningkat setiap bulan.

Hidup di kota besar membawa beban biaya hidup yang tinggi, termasuk biaya makan, dan keperluan sehari-hari lainnya. Belum lagi, dia harus membayar kos-kosan setiap bulan, yang merupakan pengeluaran tetap yang tak terhindarkan.

Selain itu, Asri juga harus membayar setiap bulan di pegadaian agar bisa mendapatkan laptopnya kembali. Artinya pengeluarannya setiap bulan terus bertambah, hari-hari yang dilalui oleh Asri membuatnya pusing karena masalahnya tentang pinjol tidak terselesaikan yang ada "gali lubang tutup lubang".

Dengan penghasilan yang pas-pasan dan tagihan yang terus bertambah, Asri merasa terjebak dalam situasi yang putus asa. Dia tidak tahu lagi harus berbuat apa, dan setiap bulan dia merasa semakin terperangkap dalam jerat utang. Meskipun begitu, dia tidak menyerah. Asri terus berusaha mencari solusi, mencari jalan keluar dari masalah keuangannya, meskipun terasa seperti dia berjuang sendirian dalam gelap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Makassar Selengkapnya
Lihat Makassar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun