MEDAN - Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Negeri Medan (LPPM UNIMED) sukses menyelenggarakan The 7 tahun International Conference on Innovation in Education, Science and Culture (ICIESC 2025) dengan mengangkat tema "Encouraging Global Innovation through Education, Science and Cultural Synergy."
Konferensi yang dilaksanakan di Le Polonia Hotel pada Selasa, 16 September 2025 ini menghadirkan akademisi dari berbagai negara yang membahas arah inovasi global dari perspektif pendidikan, energi, hingga kebijakan pendidikan.
Kegiatan ini juga dihadiri Para Wakil Rektor, Sekretaris Senat, Para Dekan, Direktur PPs, Ketua Lembaga, dan Kepala Biro di lingkungan Unimed.
Adapun narasumber yang diundang pada konferensi ini adalah Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. (Universitas Negeri Medan), Dr. Nurulafiqah Nadzirah Mansor (Universiti Malaya, Malaysia), Dr. Daniel Chan, Ph.D., M.A. (National University Singapore, Singapore), dan Assoc. Prof. Pham Hang Mink (Vietnam Academy of Sciences and Technologies, Vietnam).
Dalam sambutannya Prof. Erond Litno Damanik, Wakil Rektor IV yang mewakili Rektor Unimed karena sedang tugas dinas, menekankan pentingnya pendidikan sebagai fondasi pembangunan bangsa.
"Saat ini kita menghadapi dilema besar dimana kita harus memastikan kualitas pendidikan Indonesia mampu bersaing di tingkat global sekaligus menjawab kebutuhan masyarakat secara nyata. Kita tidak bisa hanya sibuk pada formalitas kebijakan, melainkan harus berani menghadirkan inovasi yang lahir dari sinergi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya," Erond Litno Damanik.
"Ada tiga poin penting yang perlu kita tegaskan: pendidikan sebagai penggerak inovasi, sains sebagai landasan pembangunan, dan budaya sebagai pengikat peradaban. Sinergi ketiganya akan menjadikan pendidikan Indonesia bukan hanya relevan di tingkat lokal, tetapi juga berdaya saing global," ujarnya.
Selanjutnya, Prof. Syawal Gultom dalam paprannya menyampaikan perspektif akademis mengenai sinergi tiga pilar inovasi.
Menurutnya, inovasi global yang berkelanjutan tidak cukup hanya berbasis ekonomi atau teknologi, tetapi harus lahir dari pertemuan tiga pilar utama pertama sekali adalah pendidikan dimana berperan membentuk pengetahuan, keterampilan, sikap kritis, dan generasi pekerja berbasis pengetahuan yang menjadi penggerak inovasi.
Kedua adalah sains yang berfungsi sebagai mesin penggerak melalui riset dan teknologi berbasis bukti, sehingga solusi yang dihasilkan valid dan berdaya saing dan terakhir adalah budaya yang dapat menghadirkan konteks lokal, nilai, dan kreativitas yang membuat inovasi relevan sekaligus diterima oleh masyarakat.
"Ketika ketiga pilar ini berpadu, dampaknya sangat luas: mendorong pertumbuhan ekonomi, memperkuat kemitraan global, mempercepat transformasi digital, dan melahirkan solusi interdisipliner untuk masalah kompleks. Dengan dukungan institusi yang kuat, sumber daya manusia terdidik, infrastruktur memadai, serta ekosistem pasar dan bisnis yang sehat, Indonesia dapat menjadi bagian penting dalam menciptakan inovasi global yang humanis, inklusif, dan berkelanjutan," jelasnya.