TULISAN ini adalah sedikit reportase manis dari masa lalu, dari saya yang pernah tinggal dan tumbuh di kota Poso, sekitar 1993 hingga 1997. Karenanya maaf, saya sengaja tidak membahas keadaan aktual di Poso, yang kabarnya kini sempat mencekam dan memanas lagi, oleh amuk massa karena suatu kasus pembunuhan. Ini hanya sepenggal kisah jadul yang “dingin-dingin empuk”.
Memang, apa yang dikenal di kota Poso, pada dekade 1995 hingga sebelum kerusuhan pada 1999 , bukanlah kerusuhan, perang antar etnis, apalagi perang antar agama yang pernah santer dibicarakan, melainkan perang taksi . taksi adalah sebutan lazim orang Poso untuk kendaraan umum atau angkutan kota.
Barang siapa yang masih mengenakan seragam putih biru, atau putih abu-abu saat itu, tentu banyak yang akrab dengan taksi di Bumi “Sintuwu Maroso” (bahasa daerah setempat, semboyan orang Poso, artinya persatuan, saling kerjasama dan toleransi).
Salah satunya adalah yang “berjudul” Benetton. Ini dia taksi yang punya banyak fans fanatik dan sangat dikenal oleh para pelajar saat itu, padahal Benetton hanyalah tulisan kecil di belakang mobil itu.
Taksi Benetton warnanya abu-abu. Sekali muat penumpang bisa langsung penuh. bahkan ada rela melantai demi naik mobil sejenis van tanggung, dengan kursi penumpang menyamping ini.
Pelat kuning di Kota Poso, warnanya memang penuh warni; putih, biru, abu-abu, coklat, hitam, semua ada di sini. Tak ada tanda rute atau trayek jalur yang dilayani tertera di badan mobil ,seperti halnya angkot-angkot di kota lainnya.
O ya, Pengemudi Benetton namanya Salim, rambutnya klimis, umurnya ketika itu mungkin sekitar 25 atau 30an. Salim suka pakai kacamata hitam. kalau hendak meludah, dia suka membuka pintu kemudi, dalam posisi mobil masih berjalan . Tentu kebiasaan aneh ini tidak bisa anda lakukan di jalanan kota besar yang padat lalu lintas, itu sama dengan bunuh diri namanya.
Selain beken, Salim, juga punya nama keren yakni “Sagiti” , panjangnya Salim Gigi Tikus, entah siapa yang pertama menamakannya. mungkin itu merujuk pada giginya kecil-kecil.
Pukul setengah enam pagi, Salim dan Benettonnya sudah keluar garasi dari rumah tuannya, tepat di depan SDN XVII, Kelurahan Gebang Rejo. Trayeknya seputaran kota Poso.
Setiap pagi menjelang jam masuk sekolah, mobil Salim bisa dua atau tiga kali hilir mudik membawa pelajar ke sekolah. Pada setiap pertigaan atau perempatan, belasan, bahkan mungkin puluhan penumpang, setia menunggu taksi Benetton untuk datang menyambangi
Mengapa banyak yang suka naik taksi Salim,? cukup banyak jawabnya, selain bersih, pengemudinya ramah lagi suka bercanda.