Pada era demokrasi liberal seperti sekarang ini, tentara memang tidak memiliki hak memilih dan hak dipiih, namun tetap saja masih mempunyai hak yang sama dengan warga negara lainnya atas kebebasan berfikir serta menyatakan pendapatnya dalam kehidupan bermasyarakat bernegara. Pernyataan Jenderal TNI George Toisuttayang mengingatkan agarjangan sampai terjadi kebebasan yang kita gunakan saat ini, malah membuka peluang terjadinya konflik vertikal dan horizontal yangjustru bisa dimanfaatkan pihak luar untuk mengintervensi sesuai kepentingan nasional mereka.
Pernyataan Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu, merupakan pernyataan yang sangat wajar sebagai konsekuensi logis kebebasan berfikir serta menyatakan pendapat dalam menilaikondisi actual kehidupan bermasyarakat bernegara. Suatu pernyataan yang sepatutnya dihargai sebagai pandangan komponen bangsa dalam hal manabaik sipil maupun militer mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam menjaga integritas nasional bangsa Indonesia. Pernyataan Jenderal TNI George Toisutta itu hendaknya disikapi dengan kejujuran hati nurani.
Agaknya kita patut menyampaikan apresiasi bahwa berbagai perbedaan hendaknya bisa dikelola dengan semangat nasionalisme sehingga mampu mempererat kebersamaan serta memperkokoh kesatuan dan persatuan dalam menyelesaikan masalah-masalah bangsa. Untuk itu dibutuhkan pemimpin yang mempunyai strong leadership yang ditunjukan melalui tindakan arif nan bijaksana. Bukan dengan cara menghimpun dukungan mayoritas tunggal atau single majority. Agar tidak terjebak pada bentuk kekuasaan dictator mayoritas atau sebalik menjadi tirani minoritas.
Orientasi kehidupan berpoltik dewasa ini lebih mengedepankan perbedaan ketimbang berjalan pada persamaan pandangan. Sedangkan kehidupan bermasyarakat bernegera dalam kondisiactual saat ini justeru membutuhkan kesamaan pandangan. Adalah fakta jika memperhatikan perkembangan kehidupan kita melalui berbagai media terutama media televisi , berbagai konflik selalu mewarnai tayangan beritanya. Jenderal George sepertinya merasakan hal serupa seperti yang saya rasakan, tiada hari tanpa konflik, tiada hari tanpa kericuhan.
Apa yang terjadi dimasyarakat merupakan refleksi dari apa yang dicontohkan oleh pemimpinnya. Jika pemimpin kurcaci adu mulut silang sengketa, maka rakyatnya ricuh, jika pemimpin ricuh, rakyat adu jotos. Jika pemimpin adu jotos rakyat tawuran massal. Sementara perilaku pemimpin politik cenderung memelihara konflik demi mendapatkan basis konstituen. Perilaku politik yang mengedepankan perbedaan dengan dalih kebebasan menjadi bias manakala yang kita peroleh adalah konflik berkepanjangan, vertikal maupun horizontal bukanlah kehidupan yang menjadi keinginan bangsa ini.
Menurut pandangan saya, pernyataan itu merupakan penilaian atas kondisi objektif kehidupan bermasyarakat bernegara yang sedang berlangsung dewasa ini . Dengan kata lain, apa yang dikemukanan KASAD Jenderal TNI George Toisutta adalah pernyataan tidak memihak kelompok politik tertentu, suatu pernyataan netral yang berorientasi pada politik Negara yaitu menjaga dan memelihara integritas nasional bangsa Indonesia.
Pernyataannya itu sesuai dengan semangat dan amanah Bapak TNI, Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman “Tentara tidak boleh menjadi alat suatu golongan atau orang siapapun juga”, (Amanat Jenderal Besar Sudirman 12-11-1945 di Jogjakarta). Begitulah ketegasan sikap seorang Panglima Besar Jendral Sudirman menentukan sikap TNI dalam persoalan bangsa dan Negara.
"Tidak menutup kemungkinan, konflik vertikal dan horizontal yang terjadi justru dimanfaatkan pihak luar untuk mengintervensi sesuai kepentingan nasional mereka (pihak-pihak yang mengintervensi tadi)," ujar George.
Seperti disiarkan kompas.com KSAD kemudian meminta berbagai perbedaan yang ada sebaiknya bisa dikelola dengan semangat nasionalisme sehingga bisa mempererat kebersamaan serta memperkokoh kesatuan dan persatuan dalam menyelesaikan masalah-masalah bangsa.
Pernyataan yang disampaikan pada upacara peringatan Hari Juang Kartika Tahun 2009 di Markas Besar TNI AD, Selasa (15/12/2009),