Mohon tunggu...
syamil athiyya
syamil athiyya Mohon Tunggu... Mahasiswa

saya adalah seorang mahasiswa ilmu komputer universitas pamulang program studi sistem informasi

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Ragam Bahasa dalam Komunikasi Akademik: Cerminan Etika dan Profesionalitas

26 Juni 2025   23:00 Diperbarui: 26 Juni 2025   23:03 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Percakapan WhatsApp antara mahasiswa dan dosen  (sumber: unggahan pada akun threads)

Sebuah unggahan di media sosial baru-baru ini menyoroti pentingnya adab dan ragam bahasa dalam komunikasi, khususnya antara mahasiswa dan dosen. Gambar tersebut menampilkan sebuah tangkapan layar percakapan WhatsApp yang berujung pada respons kurang menyenangkan dari pihak dosen, diikuti dengan nasihat bijak dari pengunggah tentang pentingnya "Adab sebelum Ilmu". Kasus ini menjadi pengingat yang relevan tentang bagaimana ragam bahasa yang kita pilih dapat memengaruhi persepsi dan hubungan interpersonal, terutama dalam lingkungan formal seperti perkuliahan.

Apa itu Ragam Bahasa?

Ragam bahasa merujuk pada variasi bahasa yang digunakan berdasarkan situasi, topik pembicaraan, media, dan tujuan komunikasi. Dalam konteks umum, kita mengenal ragam bahasa formal dan nonformal.

  • Ragam Bahasa Formal (Baku): Digunakan dalam situasi resmi atau formal, seperti pidato, penulisan karya ilmiah, surat dinas, atau komunikasi dengan figur otoritas. Ciri-cirinya meliputi penggunaan kata-kata baku, struktur kalimat yang runtut, dan menghindari singkatan atau bahasa gaul.

  • Ragam Bahasa Nonformal (Tidak Baku): Digunakan dalam situasi santai atau tidak resmi, seperti percakapan sehari-hari dengan teman, chat pribadi, atau media sosial. Ciri-cirinya meliputi penggunaan kata-kata sehari-hari, singkatan, akronim, atau bahkan emoticon.

Pada gambar, terlihat seorang mahasiswa memulai percakapan dengan dosennya. Masalah inti muncul pada penggunaan frasa yang sangat informal yaitu "ibu free gak?". Frasa ini menunjukkan pergeseran drastis ke ragam bahasa yang tidak sesuai untuk konteks komunikasi akademik. Respons dosen yang singkat, "tidak mas" dan "silakan cari dosen yg lain", dengan jelas mengisyaratkan ketidaknyamanan atau bahkan kekecewaan terhadap cara komunikasi tersebut, yang dianggap tidak profesional.

Pesan dari pengunggah di atasnya, "Dik Adik Mahasiswa yg berbahagia, ketika menemukan dosen yang fleksibel, santai, dan komunikatif.. tolong tetap pahami batasan yaa. inget inget ini: 'Adab sebelum Ilmu' sebelum memulai komunikasi dengan siapapun. Trust me, it could really save you from trouble later on!" secara eksplisit menekankan bahwa meskipun ada dosen yang terlihat "fleksibel", batasan etika dan kesopanan harus tetap dijaga. Ini adalah inti dari permasalahan ragam bahasa dalam kasus ini. Mahasiswa mungkin berasumsi bahwa dosen yang terlihat santai berarti batas formalitas bisa dilonggarkan sepenuhnya, padahal tidak selalu demikian.

Mengapa Ragam Bahasa dalam Komunikasi Akademik Penting?

  1. Mencerminkan Profesionalisme: Penggunaan ragam bahasa yang tepat menunjukkan bahwa mahasiswa memahami norma-norma komunikasi akademik dan menghargai posisi dosen sebagai pendidik.

  2. Membangun Respek: Bahasa yang sopan dan santun menunjukkan rasa hormat terhadap dosen. Ini penting untuk membangun hubungan yang baik dan produktif.

  3. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
    Lihat Bahasa Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun