SEMARANG -- Mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Negeri Semarang (UNNES) baru saja menyelesaikan kegiatan observasi lapangan di salah satu sekolah dasar luar biasa di Kota Semarang. Observasi ini berlangsung pada 11--22 September 2025 sebagai bagian dari mata kuliah Psikologi Pendidikan yang dibimbing oleh Prof. Dr. Edy Purwanto, M.Si. dan Hasna' Pratiwi Kuswardani, S.Psi., M.Psi., Psikolog. Kegiatan tersebut dilakukan secara berkelompok oleh mahasiswa Psikologi UNNES angkatan 2024 dan berfokus pada layanan pendidikan khusus serta inklusif. Melalui kesempatan ini, mereka diajak untuk menghubungkan teori psikologi pendidikan dengan praktik nyata di sekolah. Observasi ini sangat penting, supaya mahasiswa tidak hanya memahami teori di kelas tetapi juga menyaksikan langsung strategi, tantangan, dan dinamika pendidikan inklusif.Â
Lagu hingga Mengaji Jadi Media Belajar
Dari hasil pengamatan, mahasiswa menemukan bahwa guru menggunakan lagu sebagai salah satu media pembelajaran. Metode kreatif ini terbukti memudahkan anak-anak dalam menghafal serta memahami materi dengan lebih cepat. Para orang tua pun memberikan respon positif karena anak dapat mengulang lagu pembelajaran tersebut secara mandiri di rumah. Selain lagu, kegiatan mengaji juga menjadi bagian dari pembelajaran sehari-hari di sekolah. Aktivitas ini dirancang untuk menanamkan nilai-nilai spiritual sekaligus mengasah konsentrasi siswa melalui pengulangan. Guru pun menyesuaikan setiap tugas maupun pekerjaan rumah dengan kemampuan individu, sehingga pendekatan yang digunakan terasa lebih fleksibel dan ramah bagi anak. Kerja sama yang baik antara guru dan orang tua juga menjadi kekuatan penting dalam mendukung perkembangan siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan inklusif tidak hanya bergantung pada guru, tetapi juga pada sinergi dengan keluarga.
Tantangan Pendidikan Inklusif
Meski strategi pembelajaran berjalan cukup efektif, sekolah tetap menghadapi sejumlah tantangan. Minimnya pelatihan bagi guru reguler terkait pendidikan inklusif membuat pemahaman mereka belum merata. Selain itu, keterbatasan alat bantu pembelajaran adaptif juga menjadi kendala dalam mendukung proses belajar siswa.
Waktu untuk memberikan intervensi individual masih terbatas, sehingga beberapa kebutuhan khusus anak belum dapat ditangani secara maksimal. Kurangnya keterlibatan sebagian orang tua dalam mendampingi perkembangan anak juga memperberat beban sekolah. Kondisi ini menunjukkan bahwa pendidikan inklusif memerlukan dukungan dari berbagai pihak, bukan hanya sekolah.
Rekomendasi Mahasiswa
Berdasarkan hasil observasi, mahasiswa menyarankan perlunya pelatihan berkala bagi guru agar kompetensi mereka dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus semakin meningkat. Sekolah juga diharapkan dapat menambah alat bantu pembelajaran adaptif untuk mendukung kebutuhan individual siswa. Selain itu, pembentukan tim koordinasi yang melibatkan guru dan orang tua menjadi hal penting agar intervensi dapat lebih terpadu. Komunikasi dengan orang tua perlu diperkuat melalui forum rutin atau pertemuan berkala, sehingga mereka dapat berperan lebih aktif dalam mendukung program inklusi. Mahasiswa juga menekankan pentingnya memberikan intervensi sosial-emosional yang lebih sistematis, misalnya pengajaran tentang menghormati guru, menyayangi teman, mengenali emosi, dan menjaga kedisiplinan. Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan sekolah dapat memperkuat perannya sebagai lembaga pendidikan inklusif yang responsif terhadap kebutuhan siswa.
Pengalaman Berharga
Kegiatan observasi ini menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi mahasiswa Psikologi UNNES. Mereka tidak hanya mendapatkan pemahaman baru mengenai praktik pendidikan inklusif, tetapi juga menyadari berbagai tantangan yang dihadapi oleh sekolah. Melalui pengalaman ini, mahasiswa dilatih untuk lebih peka, empati, serta mampu merancang intervensi yang tepat bagi siswa berkebutuhan khusus. Pengalaman ini membuka mata mahasiswa bahwa pendidikan inklusif bukan hanya soal metode mengajar, tetapi juga bagaimana membangun lingkungan belajar yang penuh penerimaan dan dukungan. Dengan bekal ini, mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu psikologi pendidikan secara nyata dan berkontribusi dalam pengembangan layanan pendidikan inklusif di masa depan.