Mohon tunggu...
Syaiful Rahman
Syaiful Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Saya suka membaca dan menulis. Namun, lebih suka rebahan sambil gabut dengan handphone.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membawa Ide Visioner

10 Mei 2015   00:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:12 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Setiap orang memang memiliki kemampuan masing-masing. Itulah yang menjadi penyebab bahwa tak boleh seseorang mencela orang lain. Bagaimanapun sudah disadari oleh semua orang bahwa di balik kelebihan selalu ada kekurang. Allah menciptakan makhluk dalam keadaan berpasang-pasangan, itulah firman yang tepat untuk mewakili kelebihan dan kekurangan makhluk.

Para psikologi pun akhirnya membuat berbagai kriteria manusia menjadi empat. Ada yang melankolis, plegmatis, korelis, dan sanguinis. Masing-masing karakter tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Misalnya, melankolis memiliki kecenderungan sebagai pemikir sehingga sangat cocok untuk menjadi konseptor. Namun, yang menjadi kelemahan dari orang melankolis adalah rasa psimis yang tinggi.

Itulah kenapa orang melankolis perlu disandingkan dengan orang yang memiliki karakter yang berbeda. Perlu ada orang dengan karakter berbeda untuk menutupi kekurangan orang melankolis tersebut. Dapatlah dibayangkan seandainya setiap orang didunia ini dengan segala perbedaan karakternya bisa memiliki posisi yang tepat? Tentu saja akan banyak muncul perubahan yang sangat cepat melebihi kecepatan yang saat ini terjadi.

Akan tetapi, dalam dunia nyata hal itu tidak mudah terjadi. Menerima perbedaan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Bahkan dalam Islam pun itu sudah dinyatakan oleh Nabi saw. Dahulu Nabi saw pernah bersabda bahwa kelak Islam akan menjadi 73 firqoh atau aliran. Aliran-aliran tersebut tentu tidak akan terjadi jika tidak ada perbedaan.

Karena itulah, saya merasa sulit menentukan pilihan saat rekrutmen calon fungsionaris Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi kemarin. Sebagai orang melankolis, saya memiliki standar yang tinggi sehingga tidak mudah dicapai. Hal itu benar-benar saya sadari sehingga saya tidak bisa menentukan pilihan dengan cepat. Saya membawa esai calon untuk terus dipertimbangkan.

Namun, setelah diadakan rapat siapa-siapa yang akan diterima ternyata masih saja ada anak yang lepas dari pandangan. Untungnya, anak itu dapat ditangkan di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas sehingga proses mengasah potensi mereka akan lebih mudah dipantau. Keinginan anak tersebut untuk aktif di organisasi dapat diwadahi dengan menjadi fungsionaris Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas.

Kemarin malam anak itu menemui saya untuk bertanya-tanya terkait pihak-pihak yang potensial untuk dijadikan sponsorship. Ternyata anak itu diterima dan ditempatkan di departemen hubungan masyarakat. Dia bertanya media apa saja yang memungkinkan untuk dibidik.

Saya hanya cerita sepengetahuan saya bahwa untuk media-media memang sulit untuk mendapatkan sponsor berupa uang. Jawaban ini saya dasarkan dari pertemuan saya dengan editor eksekutif Harian Surya, Bapak Farhan Efendy. Bahwa paling-paling media hanya akan meliput acaranya, itupun kalau acaranya memang menarik.

Saya juga masih ingat apa yang dikatakan oleh Pak Farhan di ruang sidangnya waktu itu. Menurut beliau, Unesa ini masih kalah menarik dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi lain dalam membuat konsep acara. Akibatnya, media kurang tertarik untuk meliput dan mempublikasikannya. Media akan lebih tertarik untuk meliput jika acara-acara tersebut didukung oleh adanya produk. Itulah mengapa dulu saya ingin mengubah konsep-konsep acara Himpunan Mahasiswa Jurusan agar lebih menarik. Namun, tampaknya usulan saya kurang disepakati.

Saya tanya program utama dari anak yang menemui saya tersebut. Dia menyebutkan tiga program, yaitu studi banding, pembangunan jaringan, dan personal branding. Selanjutnya, saya tanya juga bagaimana konsep personal branding yang akan dilakukan. Jawabannya adalah seminar.

Setelah mendengar penuturan dia, saya sangat menghargainya. Setidaknya dia sudah memiliki gambaran tentang program apa yang akan dilaksanakan selama satu periode ke depan. Menurut Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas, anak itu memiliki pemikiran yang visioner saat diwawancarai.

Saya hanya memberikan beberapa masukan agar Fakultas Ekonomi lebih maju lagi. Menurut saya, Fakultas Ekonomi juga butuh program gebrakan baru yang akan mendongkrak kemajuan fakultas. Bagaimanapun, saat pembuka acara pelantikan, dekan sudah menyampaikan bahwa akan berupaya untuk menginternasionalkan fakultas. Jadi, tanpa adanya dukungan yang kuat dari mahasiswa, khususnya organisasi mahasiswa tentu akan sulit terealisasi.

Menurut saya dan Afiq (kepala devisi Humas Hima JPE), kalau studi banding untuk pengembangan organisasi sebaiknya tidak masuk ke dalam program Humas. Tapi, masuk ke program departemen yang menangani pengembangan. Humas hanyalah corong atau mediator dari keberadaan organisasi dengan eksternal.

Saran saya, sebaiknya Humas BEM bekerja sama dengan radio atau televisi. Ini dimaksudkan untuk mem-branding fakultas dan mempromosikan kemampuan mahasiswa yang ada di fakultas. Humas bisa mengangkat mahasiswa-mahasiswa berprestasi untuk diajak berdialog di televisi. Sementara untuk di radio, saran saya, karena di fakultas ada organisasi keagamaan yang berdiri semi independen di bawah departemen keagamaan BEM maka itu bisa diajak dialog keagamaan di radio.

Menurut saya, ini akan lebih bermanfaat daripada program seminar. Kalau sekadar seminar, out put yang akan dirasakan oleh mahasiswa tentu masih sulit optimal. Tapi, melalui program ini tentu mahasiswa akan terdorong untuk berprestasi dan juga fakultas akan terangkat ke permukaan. Tapi, saya juga menegaskan bahwa tidak menutup kemungkinan seminar juga perlu diadakan.

Demikian hasil tukar pikiran saya dan mahasiswi angkatan 2014 itu. Harapan saya, ke depan, organisasi mahasiswa bisa benar-benar menjadi wadah bagi mahasiswa. Jika program-program yang selama ini lebih bersifat seremonial maka sudah saatnya mengubah menjadi program yang lebih aplikatif terhadap potensi mahasiswa. Semoga berhasil!

Surabaya, 9 Mei 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun