Film Imperfect yang merupakan karya layar lebar kelima sutradara sekaligus komedian Ernest Prakasa sedang memuncaki Box Office Film di tanah Air. Bareng film Habibie & Ainun 3 keduanya sudah ditonton lebih dari dua juta penonton.
Jumlah itu sepertinya masih bakal bertambah lagi mengingat promo film ini terus digenjot dengan menghadirkan para pelakonnya dalam kegiatan Cinema Visit di sejumlah daerah.
Sementara di media sosial juga digelar aktivitas tantangan membuat parodi adegan Imperfect yang mulai disambut para pecinta film ini.
Apa kisah film ini sudah banyak direview oleh para penulis maupun kritikus film. Secara garis besar film ini menceritakan kisah seorang gadis bernama Rara (diperankan oleh Jessica Mila) yang memiliki krisis percaya diri dengan bentuk tubuh yang dimilikinya. Perjuangannya mencari bentuk tubuh ideal melalui berbagai cara dan problematika yang menyertainya menjadikan film ini menarik.Â
Di tangan Ernest sang sutradara, film ini tak cuma kaya dengan dialog segar dari sejumlah pelakon saja, namun Ernest mampu menyajikan ramuan menawan sebuah isu berat body shaming yang sebenarnya bukan isu mudah, menjadi begitu membumi.
Seperti diketahui, body shaming adalah sejenis bully-an atau perundungan terhadap mereka yang memiliki bentuk tubuh yang tak seperti orang kebanyakan. Entah itu berbentuk besar atau kecil. Persoalan ini sebenarnya sudah lama ada diantara kita.
Namun tak banyak yang menyadari bahwa candaan atau celaan terhadap bentuk tubuh seseorang punya efek psikologis yang luar biasa bagi orang yang mengalaminya.
Saya pernah mendengar kesaksian seorang mahasiswa yang merasa tertekan karena kerap dibully lantaran memiliki bentuk tubuh yang besar (bukan gendut tapi berukuran lebih besar dari kebanyakan pria seusianya). Ia merasakan itu semenjak usia SD hingga duduk di bangku kuliah.
Awalnya ia merasa hanya becandaan teman-temannya saja, namun seiring waktu ia merasa tertekan dengan bully-an teman-temannya. Dan ia menanggung hinaan tersebut nyaris sepanjang hidupnya.
Saat menceritakan kasusnya mahasiswa ini menceritakan dengan susah payah sambil menangis sesenggukan. Saya bisa merasakan bertapa berat beban yang dirasakannya.
Sang mahasiswa tadi masih cukup beruntung memiliki kesempatan mengutarakan persoalan yang mempengaruhinya secara psikologis kepada orang lain.