Literasi memang sedang digalakkan dalam dunia pendidikan, berbagai cara tengah dilakukan seperti gerakan literasi sekolah (GLS), gerakan literasi masyarakat (GLM), gerakan literasi bangsa (GLB) dan masih banyak lagi gerakan literasi lainnya dengan tujuan yang sama, yaitu untuk kemajuan  dan perkembangan pendidikan terhadap peserta didik yang formal atau pun non-formal baik dalam pemikiran maupun tindakan. Salah satu gerakan literasi yang tak kalah penting untuk peserta didik adalah literasi budaya, sebab di era berkembangnya technologi seperti sekarang ini, berbagai budaya global  mudah masuk kedalam pikiran peserta didik sehingga dapat mengancam sikap dan moral peserta didik. Apalagi budayanya terkait tentang sejarah budaya bangsa.
Literasi Budaya adalah kemampuan untuk mengetahui budaya yang dimiliki bangsa, baik kearifan lokal maupun budaya nasional, serta kemampuan dan keinginan untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan tersebut. Literasi budaya bertujuan untuk mencegah lunturnya budaya lokal akibat imbas dari masuknya budaya global yang sangat kuat. Untuk meredam pengaruh-pengaruh budaya global yang kuat tersebut, diperlukan literasi dan kesadaran peserta didik akan pentingnya pelestarian budaya lokal.
Upaya menumbuhkan kesadaran literasi budaya kepada peserta didik selain membaca buku-buku tentang sejarah dapat juga dengan pengenalan secara langsung objek sejarah, melakukan kunjungan atau lebih kita kenal sebagai study tour. Seperti halnya yang dilakukan oleh pendidikan formal sekolah MTs Ittihadul Umam Depok. Lewat guru-guru atau pendidik yang cukup kompeten kegiatan literasi budaya dapat terus dilakukan.
Kegiatan literasi budaya dengan kunjungan atau study tour ketempat-tempat bersejarah  memang sudah menjadi program tahunan sekolah MTs Ittihadul Umam. Tahun ini tempat yang menjadi objek kunjungan sejarah budaya yaitu Keraton Yogyakarta dan Taman Pintar, Jawa Tengah. Berangkat pada hari Rabu, 23 Januari 2019 Kelas VIII  MTs Ittihaadul Umam, Depok. Dengan semangat belajar yang tinggi didampingi 10 guru, 52 peserta didik dengan antusias mengikuti kegiatan literasi budaya selama kurang lebih tiga hari. Selama berada di dalam kegiatan tersebut peserta didik juga dituntut  untuk mengetahui budaya kearifan lokal dan mencatat atau mengingat sejarah kebudayaan apa saja yang ada di sana.
Sudah selayaknya literasi budaya diberikan secara langsung, sebab selama ini bentuk literasi budaya terhadap peserta didik hanya melalui pembelajaran disekolah dan banyak dari peserta didik yang kurang mengerti tentang sejarah, karena mereka hanya mendapatkan pelajaran sejarah dengan cerita atau dengan buku-buku yang mereka baca. Tetapi dengan adanya kunjungan sejarah dan melihat objek sejarahnya secara langsung peserta didik diharapkan mampu mengimplementasikan dalam bentuk tindakan menjaga dan melestarikan sejarah kebudayaan bangsa.
Falwi Tawakal selaku guru bahasa indonesia MTs Ittihadul Umam, Depok menegaskan "bahwa banyak sekali manfaat dengan di adakannya kunjungan sejarah atau study tour ini. Peserta didik harus melihat langsung peninggalan sejarah kebudayaan bangsanya, agar tertanam jiwa nasionalisme terhadap bangsa dan  negara. Karena melihat kondisi saat ini, banyak generasi muda yang mulai tidak tahu budayanya sendiri dan terbawa arus budaya global yang tidak sesuai dengan budaya sendiri."