Sinergi Ilmu dan Agama
Sejarah gelap abad pertengahan di Eropa tentang perang Ilmu dengan Agama tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk menggeneralisir bahwa semua agama memusuhi Ilmu (science)[4]. Islam misalnya, ajaran pertama yang diterima oleh Muhammad SAW adalah "membaca"[5] dengan segala dimensinya, maupun tingginya derajat orang-orang berilmu yang setara dengan orang-orang yang beriman. Maupun hadits Nabi SAW yang mewajibkan menuntut ilmu bagi setiap pemeluknya, dan walaupun kenegeri China.
Sejatinya, tidak perlu ada dikotomi antara ilmu dan agama. Karena agama sebenarnya mengandung isyarat-isyarat ilmiah. Agama memang mengajarkan tentang jalan lurus menuju kebenaran, tetapi manusia yang anugerahi potensi nalar, hati, dan nafsu diharuskan kritis melakukan verifikasi sehingga kebenaran yang diperoleh berbasis pada kesadaran kritis (baca: ilmiah).
Sebagai makhluk beragama, kita menyadari bahwa agama itu berasal dari Tuhan untuk mengatur perilaku manusia. Ilmu Pengetahuan pun demikian, merupakan hukum-hukum keteraturan Tuhan yang berlaku pada semesta yang secara evolusioner dipecahkan oleh manusia. Manusia membutuhkan agama sebagai landasan perilakunya (akhlaq) terhadap semesta, sekaligus membutuhkan ilmu (sains) yang membuatnya mampu memahami semesta sehingga dapat memperlakukannya dengan baik.