Pada tanggal 25 Juni kemarin, Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng atau biasa kita kenal dan sebut sebagai BJ Habibie berulang tahun.Â
Usia beliau kini sudah menginjak angka 83. Presiden ketiga Republik Indonesia ini memang dikenal sebagai salah satu manusia dengan karir yang brilian pada perjalanan hidupnya. Namanya pernah harum sampai ke Jerman sebagai seorang wakil presiden sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang teknologi di Hamburg.
Selain menginspirasi banyak orang dalam hal karir dan pekerjaan, beliau juga menyentuh hati banyak insan dengan kisah cinta abadi bersama Hasri Ainun Besari.
Menarik mundur ke belakang, ketika beliau menjadi bintang tamu dalam sebuah acara Talkshow yang dipandu oleh Rosiana Silalahi pada tahun 2017 lalu. Ketika itu beliau mengaku bahwa pada awalnya tidak pernah merasa tertarik kepada perempuan yang ia sebut gula Jawa itu. Meskipun, menurutnya ada banyak laki-laki yang menyukai Ainun.
Sejatinya Habibie kecil sudah dekat dengan ayah Ainun sejak masih berusia dua belas tahun. Ia mengagumi kepintaran ayah Ainun. Dan pada beberapa waktu, kedekatan Habibie dan ayah Ainun tersebut dimanfaat oleh kawan laki-laki Habibie untuk bisa mendekati Ainun atau berbicara padanya selagi Habibie sibuk berdiskusi dengan ayahnya. Karena memang ayah Ainun dikenal sebagai orang yang galak. Tapi bagi Habibie, ayah Ainun adalah orang yang baik dan cerdas.
Di Masa SMA, Habibie dan Ainun berada dalam satu sekolah yang sama. Hanya saja, Ainun satu angkatan lebih muda. Mereka dicap sebagai dua murid yang memiliki satu kesamaan. Yakni sama-sama pandai. Bahkan guru pernah menggoda mereka dengan menjodoh-jodohkan atau memberi pengandaian jika saja mereka berdua menikah, pastilah anak mereka bakal menjadi anak yang cerdas.
"Jawa, gendut, jelek. Kamu kok hitam kayak gula jawa," kenangnya di acara Rosi.
Namun Ainun tidak pernah marah meski Habibie memakinya dengan ucapan-ucapan rasial semacam itu. Habibie pun perlahan merasa malu.
Delapan tahun setelahnya, selulusnya dari ITB dan sesudah mengeyam banyak ilmu dari bangku kuliah di Jerman, Habibie akhirnya pulang. Sang Ibu mengajaknya untuk ke rumah Ainun. Pikirannya carut, mengingat ungkapan-ungkapan pada Ainun yang harusnya tidak dia katakan. Malu, pasti.