Mohon tunggu...
Syahrir Ramadan Umar
Syahrir Ramadan Umar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa, Pegiat Literasi, Pencinta Filsafat.

Puisi, Filsafat dan Cinta. Tulus! Hidup tidak harus jadi pemanang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Kebudayaan Peradaban Beteng Ulu Desa Ngeru

21 Mei 2021   02:00 Diperbarui: 21 Mei 2021   02:15 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Benteng ulu- Bukti peradaban manusia Ngeru Ratusan Tahun silam yang kian terlupakan bag II .

Oleh: Bambang Hardi Sasbita.

Keberadaan Benteng ulu dan Desa ngeru sekarang sangat lekat dengan legenda yang menceritakan tentang seorang putri bernama Lala Sangkeru atau Lala Singkarru. Dimana dalam kisahnya dia adalah seorang gadis berparas cantik jelita yang menjadi kebanggaan Benteng ulu. Paras sang lala yang  begitu mempesona telah mengundang banyak jejaka dari berbagai wilayah dan kalangan datang untuk sekedar memastikan kebenaran kabar tersebut. Bahkan beberapa kali, terlihat beberapa raja dan tokoh bangsawan dari kerajaan tetangga pun datang secara terang-terangan untuk meminang Lala Sangkeru . Maklumlah keelokan rupanya, telah membius setiap mata yang memandang sehingga kabar kecantikannya tersebar luas di seantero Tana Intan Bulaeng ( julukan Sumbawa ).
Ternyata yang membuat orang-orang kagum terhadap Lala Sangkeru bukan hanya karena kecantikan wajahnya. Namun kerendahan hati, tutur kata yang disenandungkan dengan lemah lembut, keterampilannya dalam menenun serta kebaikan hati yang dimilikinya , sekaligus menjadi faktor pendukung dari penilaian orang-orang yang bahkan menobatkannya sebagai " Menir Benteng Ulu " ( kembang benteng ulu ).
Jadi ketika mendengar Nama Lala Sangkeru, pikiran orang-orang akan langsung tertuju kepada sosok wanita yang cantik kebanggaan Benteng Ulu itu.

 Alkisah , Pada zaman Dahulu disalah Suatu Daerah Bernama Benteng Ulu. Hiduplah Seorang Lala ( gelar Adat wanita bangsawan Sumbawa ) yang kehadirannya menjadi buah bibir masyarakat kala itu . Masyarakat mengenal Lala Tersebut dengan Nama Lala Sangkeru . Lala Sangkeru adalah seorang putri dari seorang tokoh penguasa Diwilayah Benteng Ulu . Lala Sangkeru Sendiri tidak lain adalah putri dari Lalu Lakki Mudi . Paras Sang Lala yang konon bak serupa bidadari dari negeri kayangan telah mengundang banyak jejaka dari berbagai wilayah dan kalangan datang untuk sekedar memastikan kebenaran isu bahwa Di tanah Benteng Ulu yang "katanya" terdapat seorang gadis yang teramat cantik. Bahkan beberapa kali, raja dan tokoh bangsawan dari kerajaan tetangga pun datang secara terang-terangan untuk meminang Lala Sangkeru . Maklumlah keelokan rupanya, telah membius setiap mata yang memandang.
 Tak Sampai disitu, yang membuat orang-orang kagum terhadap Lala Sangkeru bukan hanya karena kecantikan wajahnya. Namun kerendahan hati, tutur kata yang disenandungkan dengan lemah lembut, keterampilannya dalam menenun serta kebaikan hati yang dimilikinya , sekaligus menjadi bagian dari penilaian orang-orang yang bahkan menobatkannya sebagai " Menir Benteng Ulu ".
Jadi ketika mendengar Nama Lala Sangkeru, pikiran orang-orang akan langsung tertuju kepada sosok wanita yang cantik tiada cela kebanggaan Benteng Ulu .

 Disuatu pagi yang sejuk dimana mentari pagi mulai memamerkan sinarnya di atap rumah-rumah panggung penduduk Benteng Ulu , terdengar tembang " Ulan Siup "  ( seni sastra tutur khas sumbawa) yang begitu merdu menyayat hati . Orang-orang sudah bisa menebak, bahwa penembang Ulan dengan suara merdu tersebut adalah Lala sangkeru.

Heeeeeeeeee
We benru lismo matano do intan weee
Ngare mo anak pio koLuk
Sopo we jangi ke aku

Heee ta rasa tu nonda ina do gandang we
Ngasi nonda pang bajele
Tu nongka rasa gaok siii.

(Arti bebas :
Heeeeee
Mentari baru saja menduduki tahtanya sebagai raja siang
Suara anak burung terdengar merengek
Betapa senasibnya dengan ku ini

Oh beginilah rasanya hidup tanpa ibu
Meratapi diri tiada tempat bersandar
Akan heran orang yang tiada merasakannya ).
 
Maklum, Ibu Kandung Sang Lala Meninggal tepat dihari dimana Sang Lala Dilahirkan. Jadi sang Lala hanya mengenal sosok ibu nya hanya dari cerita sang ayah dan masyarakat yang dekat dengannya . Oleh sebab rasa kehilangan dalam dirinya masih menjadi Alasan kenapa Lala sangkeru menjiwai tembang Ulan yang disenandungkannya pagi itu.
Seolah ingin menghibur tuannya,  seorang bone / dayang Sang Lala datang menghampiri sang Lala dengan membawakannya sekeranjang kapas .

Sena  : "bede aji rua  Lala . . . " ( menghadap )
Lala   : " hmmm Ne sena, ada apa Ne ?. . .".
Sena : " ada titipan pesan dari seekor burung kutilang yang bertengger di dahan pohon yang itu . . . "
Lala. : " titipan pesan apa Ne .. ? "
Sena : " hamba mohon ampun sebelumnya kepada Tuanku Lala, barulah berani hamba sampaikan jika kemaafan Tuanku Lala perkenankan untuk kelancangan Hamba ini. "
Lala. : " baiklah, memangnya apa yang yang akan kau sampaikan " ( sambil mengangkat wajah Ne sena Yang menunduk ) .
Sena : " hamba mendengar kicauan dari kawanan burung kutilang yang bertengger di dahan pinggir jalan tadi , mereka saling bertanya dimanakah  rona kemang Menir ( nama bunga ) kebanggaan Benteng Ulu pagi ini ? "
Lala : " oh Ne Sena, terimakasih atas perhatiannya . Tak tau kenapa , Kaji merasa kesepian akhir-akhir ini . "
Sena : " wahai tuan ku Lala, sumpah ku berdiri atas Nama Nene ( Tuhan ) . Sungguh jika engkau rindu dan ingin melihat wajah dari ibunda Tuanku Lala, berkacalah diatas air timan ( semacam kolam ) itu. Maka Tuanku Lala akan menyaksikan sesosok wajah yang tiada beda dengan ibu Tuanku Lala.
Lala : " sekali lagi terimakasih atas hiburanmu sena , bersamamu kaji  merasakan sosok penyayang seperti ibu sendiri ".
Sena : " oh iya, daripada Lala duduk termenung . Ada baiknya kita  menyelesaikan kain tenun untuk ayah tuanku Lala . Kebetulan tadi pagi-pagi sekali Hamba sudah memanen kapas untuk di pintal hari ini " .
Lala : " wah wah , ternyata Ne Sena paham sekali hobiku. Baiklah kaji akan melanjutkan menenun  kain yang belum selesai untuk ayah nanti ".
Sena : " naaaaah, kalau senyum kan lebih cantik  . Akan hamba sampaikan kepada kumpulan burung kutilang yang tadi bahwa Menir Benteng Ulu sudah menampakkan Mekarnya . Nomongka yang poteng sala ragi , tu pina apam masam si ( pribahasa sumbawa untuk orang yang berwajah murung ).

Maklumlah, sena adalah seorang bone / dayang pengasuh Lala Sangkeru. Seorang abdi setia keluarga Lalu lakki mudi yang telah lama mendedikasikan hidupnya untuk keluarga itu terlebih Sang Lala. Itulah sebabnya sena selalu menyampaikan kepada Sang Lala bahwa ia mengenal Ibu sang Lala.  Itulah kalimat yang acap kali Lala sangkeru terima dari dayang-dayang  dan masyarakat sekitar yang pernah melihat ibu Dari Lala sangkeru . Yang konon ibu dari Lala sangkeru memiliki wajah yang sangat mirip Dengan lala bak pinang dibelah dua. Bahkan sebagaian masyarakat percaya bahwa kematian ibu dari Lala sangkeru dikarenakan wajah antara anak dan ibu yang terlalu mirip, yang menurut kepercayaan masyarakat setempat tak heran jika Salah satu dari keduanya akan saling meninggalkan / mati .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun