Mohon tunggu...
Syahriana Rahman
Syahriana Rahman Mohon Tunggu... Editor - Awakening

Akun resmi Syahrian dalam kepenulisan di Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Merawat Ingatan di Kala Pandemi

21 Oktober 2020   10:53 Diperbarui: 21 Oktober 2020   11:08 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selasa, 20 Oktober 2020 saya mengunjungi Terminal bus antar kota di Jakarta, tujuannya adalah hanya sekedar untuk merawat ingatan. tempat yang tadinya sangat ramai dengan aktivitas bus yang lalu lalang kini terasa bak parkiran basement apartemen yang sunyi. 

rupanya semenjak pandemi Covid-19 banyak sudah armada bus yang menghentikan oprasinya, baik dalam kota maupun luar kota. imbas dari imbauan pemerintah agar tidak bepergian keluar kota semenjak pandemi diberlakukan karena program pembatasan sosial berskala besar. 

lalu kaitannya apa dengan ingatan? tentu saja beberapa memori dan kejadian yang terekam oleh alam bawah sadar seoarang manusia lalu menjadi suatu kebiasaan yang harus dirawat sampai hayat. ingatan juga ternyata mampu menjadi terapi mental ditengah carut marutnya keadaan sosial, bagaimana tidak? 

hari ini sudah banyak orang mengalami stres dan depresi efek dari pandemi yang entah akan sampai kapan usainya. tentang mereka yang terkena PHK, atau pegawai yang upahnya tidak dibayar seperti seharusnya disaat pandemi ini, ditambah beberapa aksi demonstrasi yang disebabkan oleh pembuatan kebijakan baru oleh negara.

jika ada orang yang menanyakan apakah saya menuliskan ini memiliki data? saya akan menjawabnya! apakah untuk mengungkapkan tirani harus dengan hitungan statistik? apakah melihat kepedihan harus dengan ungkapan angka? hanya manusia yang rasa dan ingatannya masih berfungsi dengan baik yang dapat menganalisannya. hari ini kita selalu dibenturkan dengan angka jika ingin mengungkapkan suatu keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan yang punya kepentingan. 

kembali lagi ke terminal dan ingatan, saya sangat akrab dengn terminal, sejak kecil saat masih dalam gendongan kedua orang tua, pasti menuju terminal jika ingin bepergian, hapal betul saya dimana posisi bus yang akan ditunggangi. tetapi lain keadaan hari ini, sangat sedikit bus yang parkir di halaman keberangkatan terminal. saya pun menghampiri penjaga loket tiket bus untuk menanyakan harga tiket tujuan suatu kota di Jawa Tengah hari ini, ternyata harga tiketnya naik 1x lipat. saya menanyakan apa penyebabnya, kok bisa naik? 

si penjaga loket itu pun menjawab, "semenjak covid operasional tiap armada dibatasi geraknya, uadah gitu penumpang juga sepi, paling satu bis isinya 10 orang, itu udah alhamdulillah mas" jawaban penjaga loket cukup membuat saya terdiam ternyata imbasnya sampai sejauh ini, tidak banyak bicara saya langsung membeli tiketnya untuk keberangkatan akhir pekan. 

lanjut saya mengitari sudut-sudut terminal untuk mengingat memori yang pernah terekam dalam ingatan saya, saat hari raya tidak kebagian armada bus karena ramai pemudik sehingga harus menginap beberapa hari di terminal dan berkelahi dengan calo tiket bus yang memaksa untuk mngikuti keinginannya. hari ini situasi sepi sekali, sedikit juga pedagang asongan yang menawarkan jajanannya.

Pandemi covid-19 ini akan menjadi sejarah yang kelam bagi dunia, atau akan menjadi titik balik kebangkitan suatu kaum ataupun individu. ditengah ketidakjelasan keadaan hari ini, hanya mereka yang mampu benar-benar merawat ingat dan hati yang akan selamat. 

bukan vaksin yang ditemui baru ini yang akan membuat kita kebal terhadap virus, tetapi ingatan akan ikatan kita sebagai manusia dengan alam lah yang akan membuat kita menjadi kebal terhadap rentan penyakit. tujuan saya menuliskan ini untuk mengucapkan terimakasih kepada sudut kecil yaitu terminal, tempat yang dikal dengan angka kriminalitas tinggi ternyata mampu memberikan ingatan yang baik buat saya dan saya harus tetap merawatnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun