Bukan soal lauknya, bukan soal sayurnya, bukan soal harganya, bukan pula soal tempatnya. Seringkali semuanya biasa saja, malah kadang keasinan atau kemanisan bumbunya. Tapi kenapa nikmat sekali ketika menyantapnya?
Karena lapar.
Teruskan membaca yaa...
Kenapa ada orang yang ogah-ogahan menjalankan bisnis, bersemangat ketika laku, loyo ketika sepi. Laku syukur, nggak laku ya biarin aja. Kenapa malas introspeksi, malas belajar strategi bisnis, malas mempelajari hal baru.
Jawabannya karena merasa kenyang.
Hasil, sepenuhnya kita serahkan kepada Allah. Itu fix. Yang Saya maksud, kitanya kurang pol-polan. Kurang ngegas, kurang ikhtiar.
Barangkali saat ini kita telah kenyang karena merasa cukup untuk diri kita dan keluarga, merasa memberikan manfaat buat keluarga. Namun sudahkah kita bermanfaat buat orang lain, bermanfaat buat umat.
Sering-seringlah berjalan keluar, berkunjung, melancong, mengunjungi orang-orang yang dibawah kita. Nggak bisa bantu 100 orang, bantu 10, nggak bisa juga, satu orang dulu. Belum bisa juga? Setidaknya milikilah kepekaan, milikilah empati. Kenapa harus berbisnis? Tanamkan niat agar bisa membantu orang lain. Ketika punya income lebih, itu artinya kita bisa memberi lebih.
Saran Saya, tetaplah merasa lapar, tetaplah merasa kurang, tetaplah merasa haus. Jangan seadanya.
Masih banyak orang-orang yang memerlukan uluran tangan kita.
Jangan berhenti pada kata, "bahagia itu sederhana." Ganti dengan kalimat, "Bahagia itu ketika mampu membahagiakan orang lain."
Merasa bisa, atau bisa merasa.
Merasa mampu, atau mampu merasa.