Pernah ketemu dengan orang yang merasa paling menderita? Atau jangan-jangan itu teman kita, kerabat kita, atau malah diri kita sendiri? Waduh.
Jangan kasihani diri kita sendiri.
Ketika lahir ke dunia, kita sudah menjadi pemenang. Dari 200-400 juta sperma--yang berenang setara 14 km--hanya sperma terkuat yang berhasil mencapai finish dan hanya satu yang mampu membuahi sel telur. Maka jadilah diri kita saat ini. Allahu Akbar.
Janganlah kita kufur nikmat dengan menempatkan diri kita sebagai orang yang paling menderita yang ujung-ujungnya malah mengasihani diri sendiri. "Seandainya kamu jadi aku." Preeet.
Orang yang mengasihani dirinya sendiri itu termasuk penyakit mental. Bahaya.
Merasa dirinya paling terpuruk, padahal malas.
Merasa dirinya paling tidak berbakat, padahal tekadnya yang lemah.
Merasa dirinya paling gaptek, padahal gengsi belajar.
Merasa dirinya paling kismin, padahal banyak yang lebih kismin.
Bahkan, ada pula yang menjadikannya profesi. Dialah pengemis. Awalnya mungkin terdesak karena ekonomi. Lama kelamaan, karena 'kerjaannya enak' jadilah kebiasaan. Sedikit-sedikit minta dikasihani, buat makan, buat beli beras, beli sapi, beli rumah, sampai beli sawah dikampungnya.
Â
Bahkan zaman sekarang, ngemis bisa lewat wa. Padahal bisa jadi hp nya lebih mahal daripada hp kita sendiri.
Banyak yang lebih terpuruk, lebih menderita, lebih kismin, tapi Ia tidak mau dikasihani. Ia lebih senang berkata, "Saya tidak bisa ini itu, tapi saya mau belajar. Tolong ajarin Saya." "Saya tidak punya modal uang buat bisnis, tapi saya punya tenaga dan waktu untuk menjalankannya. Apakah Saya bisa mendapatkan kesempatan yang sama dengan Anda."
Kita terlahir sebagai pemenang. Berhenti mengasihani diri sendiri.