Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menghidupkan Tradisi Pesantren di Dunia Pendidikan Modern, Mungkinkah?

11 Desember 2018   11:36 Diperbarui: 11 Desember 2018   15:32 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia pendidikan kita telah tercoreng bahkan bopeng-bopeng, demikian di antara sekian banyak kritik yang mengarah ke wajah dunia pendidikan kita yang belakangan disorot dan diterpa berbagai isu yang kurang sedap.

Dari mulai soal integritas moral yang dipertanyakan terhadap para akademisinya---termasuk para guru dan tenaga pengajar---sampai pada soal menguatnya aspek radikalisme anak didik, membuat seakan dunia pendidikan kita tercemar polusi yang sangat luar biasa. 

Para guru dan juga dosen seperti terus "dipaksa" mengikuti ritme standar asing berlomba-lomba sekadar mempertahankan eksistensi mereka dan mendapatkan tambahan biaya hidup atau sekadar menampilkan "identitas" keakademikannya, bukan soal bagaimana prestasinya memberikan manfaat kepada khalayak.

Kapitalisme global sepertinya telah membuat para guru dan tenaga pengajar lainnya mengejar keuntungan keekonomian dan jauh dari cita-cita membangun peradaban manusia lewat edukasi. Seakan tak pernah ada kesesuaian antara ilmu dan amal yang dalam dunia pesantren begitu sangat dijunjung tinggi dan diperhatikan.

Para guru yang begitu diagungkan dan dihormati, mungkin saat ini sulit didapati di berbagai lembaga pendidikan modern. 

Kecuali pesantren, hampir wajah dunia pendidikan di luar itu kehilangan integritas moralnya, terpinggirkan oleh aspek hasrat popularitas dan tentu saja tradisi pragmatisme yang hanya mengejar keuntungan materi.

Saya kira, kajian soal buruknya dunia pendidikan yang cenderung mementingkan kepentingan internalnya sendiri,  menjauhkan jarak dari masyarakat, menambah suram dunia pendidikan kita saat ini.

Dulu, saya sering diajarkan soal norma-norma pendidikan yang diajarkan di pesantren. Seorang guru adalah sosok terhormat yang hampir anti-kritik, walaupun setiap pertanyaan atau kritik yang diajukan para santri tentu saja ditanggapi dengan baik oleh para guru di pesantren. 

Tak ada ucapan penghinaan, apalagi kritik yang langsung membongkar kelemahan pribadi sang guru, karena hal itu jelas akan menjadi "bencana" bagi proses transmisi keilmuan antara santri dan guru.

 Tak menghormati guru, berarti konsekuensi seluruh ilmu yang dimiliki santri tak bermanfaat dalam artian tak akan menyerap kedalam sisi kognitifnya dan gagal mewujud dalam aktualisasi dirinya selepas ia menyelesaikan pendidikannya di pesantren.

Saat ini, peran guru tidaklah sentral dalam seluruh aspek pendidikan dunia modern, ia sekadar "partner" atau "pembimbing" yang tak ambil pusing dengan kualitas anak didiknya karena yang penting bagaimana ia dan keluarganya sejahtera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun