Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Deklarasikan Diri sebagai Cawapres, Cak Imin Tunggu Pinangan Capres

15 Maret 2018   12:51 Diperbarui: 15 Maret 2018   15:32 1321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deklarasi Cak Imin sebagai Cawapres 2019 yang dilakukan Relawan dan Sahabat Cak Imin di Samarinda (TRIBUN KALTIM/ANJAS PRATAMA)

Ada sosok menarik di antara politisi kita saat ini. Di saat para pimpinan parpol tampak seperti pungguk merindukan bulan, menunggu kapan dirinya dipinang Joko Widodo (Jokowi) untuk menjadi pendampingnya, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, malah dengan penuh percaya diri mendeklarasikan dirinya menjadi cawapres yang belum diketahui kepada siapa capres yang dimaksudnya.

Hampir tak pernah ada deklarasi cawapres tetapi belum ada pasangannya, kecuali deklarasi capres yang tinggal menunggu pasangannya. Upaya Cak Imin ini sebenarnya unik, karena mungkin baru pertama kali dalam sejarah kepolitikan Indonesia, ada salah satu pimpinan parpol yang mendeklarasikan dirinya sebagai cawapres, bukan capres.

Jika yang diharapkan Cak Imin agar Jokowi kelak memilih dirinya sebagai cawapres, sepertinya PKB mem-fait accompli parpol pendukung Jokowi agar mereka juga mempertimbangkan Cak Imin untuk menjadi pendamping Jokowi di Pilpres 2019. Menarik memang, karena Cak Imin sepertinya merasa kedekatan Jokowi dengan ormas NU, akan lebih mempertimbangkan calon pendampingnya juga dari kalangan NU, dan PKB adalah satu-satunya parpol yang representatif bagi warga nahdliyyin. Tidak hanya itu, Cak Imin juga mengingatkan Jokowi agar tak salah memilih cawapres, karena jika salah, dirinya bisa kalah, sebagaimana pernyataannya di acara Mata Najwa (14/03/2018).

Tidak ada yang salah sebenarnya dengan ekspektasi Cak Imin bisa menjadi pendamping Jokowi nanti, hanya saja kesan terburu-buru dan prinsip jangan sampai kesalip orang lain, tentunya menjadi dasar pertimbangan dirinya. Bukan tidak mungkin, perjalanan Jokowi ke Pondok Pesantren Kempek, Cirebon, Jawa Barat beberapa waktu yang lalu, dan tampak akrab dengan Ketua Umum PPP M Romahurmuziy, juga memiliki kesan politis sendiri bagi Cak Imin. Romi ---panggilan akrab Romahurmuziy--- juga adalah kader NU dan sepertinya terus melakukan pendekatan kepada Jokowi agar dirinya juga berkesempatan dilirik Jokowi mendampinginya di Pilpres 2019 mendatang.

Saya kira, kedekatan Jokowi dengan kalangan NU melalui kunjungannya yang begitu intensif ke pesantren-pesantren, tampak menjadi ajang "rebutan" para kader NU untuk menyodorkan diri mereka sebagai sosok yang paling pantas menjadi pendamping Jokowi. NU tampaknya memang sedang di atas angin di era pemerintahan Jokowi saat ini, bahkan tampak mencolok dibandingkan cara perlakuan pemerintahan Jokowi dibanding kepada ormas Islam lainnya.

Para santri yang berasal dari pesantren, seperti terus diistimewakan, bahkan diberi kesempatan khusus dalam banyak hal di luar identitas kesantriannya yang mempelajari keagamaan Islam. Baru-baru ini, Kementerian Perhubungan membuka beasiswa bagi para santri untuk menjadi calon penerbang (pilot) sebagai apresiasi pemerintahan Jokowi terhadap dunia pesantren.

Saya menilai, NU dan pesantren tampaknya semakin lekat dengan dunia politik, bahkan politik dalam tataran praksis, di mana para santri semakin digiring untuk menduduki atau mempromosikan dirinya dalam jabatan-jabatan struktural yang bersifat politis. 

Sulit untuk tidak mengatakan, bahwa kunjungan-kunjungan resmi kenegaraan yang dilakukan Jokowi ke daerah-daerah di seluruh pelosok negeri, tak luput dari persinggahannya dengan mengunjungi berbagai pesantren. "Setiap ke daerah, saya selalu berkunjung ke pesantren, entah satu, dua, atau tiga, untuk melihat langsung problem-problem yang sering disampaikan para pemimpin pondok pesantren, para kiai" demikian kutipan pernyataan Jokowi yang ditulis dalam laman Koran Tempo, 12/03/2018.

Keinginan Cak Imin agar menjadi calon pendamping Jokowi, saya kira, juga terkait dengan kenyataan bahwa Jokowi sedang melakukan penjaringan kandidat cawapres yang berasal dari luar kader parpol. Banyak kader nonparpol yang berasal dari dunia pesantren---dan tentu saja warga NU---yang kemungkinan besar akan dilirik Jokowi untuk menjadi pendampingnya di Pilpres mendatang. 

Lagi-lagi, Jokowi pasti akan mempertimbangkan banyak hal, terutama dipastikan akan menggandeng kalangan Islam moderat untuk menjadi cawapresnya, meskipun kandidat yang dipilihnya adalah berasal dari luar parpol pengusung. Tidak menutup kemungkinan, kunjungan Jokowi ke pesantren-pesantren NU, bertemu para kiai dan berdialog soal masalah-masalah kebangsaan, merupakan salah satu penjajakan dirinya mengetahui sejauh mana dukungan dunia pesantren terhadap pencalonannya kelak.

Sudah menjadi suatu tradisi di NU, di mana setiap kadernya yang akan maju menjadi kandidat dalam suatu kontestasi politik, akan terlebih dahulu meminta pertimbangan para kiai. Namun, dalam deklarasinya sebagai cawapres, Cak Imin nampaknya tak perlu berlama-lama menunggu restu para kiai NU, karena pada akhirnya Jokowi-lah yang nanti akan meminta restu para kiai NU dan Cak Imin sudah secara otomatis akan "direstui". Cak Imin seakan sedang menganut filosofi Dilan yang diubah maknanya, "Jangan jadi presiden, presiden itu berat, kamu gak akan kuat", tentu saja sulit bagi Cak Imin untuk langsung mendeklarasikan dirinya sebagai capres dengan tentu saja banyak pertimbangan politik---termasuk prsentase presidential treshold yang tidak memenuhi syarat---sehingga cawapres tampaknya secara kalkulasi politik, tampak lebih masuk akal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun