Mohon tunggu...
Syahid Arsjad
Syahid Arsjad Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Diskusi

penikmat kehidupan penuh warna, suka membaca, diskusi dan menulis. follow di twitter : @syahid_arsjad

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Serunya Menonton Film "Melawan Takdir"

25 April 2018   05:49 Diperbarui: 25 April 2018   05:56 2600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. {Q.s. Al-Kahfi: 29}

Namun kita tidak boleh jumawa, bahwa apa yang inginkan dapat dicapai murni dari usaha kita seperti pandangan kaum qadariyah. Pandangan yang seperti ini menafikan kontribusi orang lain dalam langkah-langkahnya termasuk menafikan campur tangan Tuhan. Padahal setiap kesuksesan yang kita raih ada kontribusi banyak orang, dan tentu saja seizin Allah SWT. 

Orang yang berpandangan qadariyah yang terlalu percaya diri dengan segala kemampuannya yang terbatas, menafikkan kontribusi orang lain dan intervensi Tuhan akan sombong ketika sukses dan akan putus asa ketika gagal. Oleh karena itu kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk mengejar takdir kita, namun berserah diri kepada Allah dengan segala hasil yang kita usahakan. Berpasrah kepada Allah, bukan pasrah pada keadaan.

"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu..." (QS. Al Hadiid:22-23)

Ada beberapa keterbatasan film ini dalam pandangan saya.  pertama, proses perjuangan hamdan ketika menempuh S1 kurang dieksplor, bagaimana ia membagi waktu antara studi, organisasi dan mencari tambahan penghasilan tidak terlalu tergambar dengan baik. Padahal kunci kesuksesannya ada pada kemampuan manajemen waktu dan pengembangan dirinya yang diperoleh di organisasi. Juga tidak nampak di film konsistensinya pada cita-cita dan pesan orang tua dalam menghadapi godaan hura-hura dan pacaran yang kadang menyebabkan kegagalan. 

Kedua, karakter tokoh hamdan besar yang kurang pas dengan sosok asli prof hamdan yang lembut, mengalir, humoris dengan kemampuan komunikasi yang baik. Karakter hamdan besar terlihat sangat bersemangat, energik dan pekerja keras. 

Ketiga, masih banyak pengambilan gambar yang kurang hidup mungkin karena keterbatasam dana atau teknologi, misalnya setting saat wisuda dan saat pengukuhan guru besar yang sangat sederhana

Bagaimanapun, saya sangat puas menonton film ini dan sangat recomendeed bagi siapa saja terutama bagi generasi muda kita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun