Mohon tunggu...
Syah Awaluddin
Syah Awaluddin Mohon Tunggu... Akademisi

Syah Awaluddin, Lahir di Ambon, 12 Januari 1983, Dosen pada Fakultas Syariah IAIN Ambon, kesibukan mengjar, meneliti, menulis, melakukan pengabdian masyarakat, dan saat ini aktif membuat konten video transformasi kebudayaan, pendidikan kesadaran hukum, nilai dan kreativitas lainnya, dengan film pendek, dokumenter, video kreatif dan lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

SAT SET JNE di Maluku: Menembus Ombak dan Menjaga Ketahanan Layanan

30 Juni 2025   18:27 Diperbarui: 30 Juni 2025   20:19 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi Gambar : Syah Awaluddin (Canva)

Komunikasi Layanan Adaptif JNE di Wilayah Kepulauan Maluku

Berdasarkan wawancara dengan empat orang responden di Kota Tual, Kei Kecil, dan Pulau Banda, ditemukan bahwa ketahanan layanan logistik JNE di Maluku sangat dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan dalam menyampaikan informasi secara terbuka dan ramah kepada pelanggan. Berikut temuan dari hasil wawancara :

Pertama, menurut Kabalmay (pelaku usaha online di Kota Tual), informasi awal tentang kondisi cuaca dan perkiraan waktu pengiriman menjadi hal yang sangat penting.

"Beta su biasa kirim barang, jadi kalau pas musim ombak tinggi, bagus dong kasih info dari awal e… jangan su kirim baru bilang barang lama. Katong su tau ombak, tapi kalau info dari awal, hati tanang." (Wawancara, 16 Juli 2025)

Kedua, Faina Rahawarin (pelanggan di Kei Besar) menyampaikan pentingnya notifikasi rutin tentang status paket, apalagi saat pengiriman antar-pulau.

"Kalau beta, suka kalo ada pesan WA dari JNE, bilang barang su sampe mana, terus info cuaca. Kadang pas hujan deras, dong kirim info bae, jadi katong seng panik, tinggal tunggu info saja." (Wawancara, 22 Juli 2025)

Ketiga, soal gaya bahasa layanan, Irwan La Ode (penjual sembako di Banda) menekankan bahwa bahasa yang dipakai kurir atau petugas CS harus ramah dan humanis.

"Jang bicara kasar, beta sanang kalau dong bilang deng sopan, ‘Maaf kaka, barang terlambat karena laut gelombang’, itu bagus, daripada diam-diam sa." (Wawancara, 24 Juli 2025)

Keempat, dari hasil wawancara dengan Nahla (ibu rumah tangga di Pulau Dullah), solusi alternatif seperti drop point atau pengiriman via moda lain dianggap sangat membantu.

"Kadang kalo kiriman terlambat, dong WA beta, kasih opsi ambil di dullah darat , atau kalo bisa lewat ojek laut cepat, beta sanang itu. Dong kasi pilihan, seng bikin bingung tunggu-tunggu." (Wawancara 26 Juli 2025).

Semua responden sepakat bahwa pola komunikasi yang terbuka, sopan, serta memberi solusi alternatif jauh lebih dihargai masyarakat kepulauan ketimbang sekadar janji cepat kirim tanpa kejelasan situasi. Hal ini membuktikan bahwa komunikasi layanan yang adaptif bukan hanya soal informasi, tetapi juga soal membangun kepercayaan dan kenyamanan pelanggan di tengah tantangan geografis yang ada.Bottom of Form

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun