Mohon tunggu...
Sweetly Semuel
Sweetly Semuel Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang anak 3 bersaudara dari 2 orang tua tercinta. Mahasiswa FIS UNIMA (Universitas Negeri Manado)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Lahan Organik

20 Juni 2021   11:58 Diperbarui: 20 Juni 2021   12:08 3165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hutan Mangrove  (Foto: alamendah.org) 

Menurut Verstappen, 1977 bentuk lahan organik itu bukan hanya termasuk karang saja melainkan juga termasuk didalamnya adalah pesisir bakau  (mangrove coast) serta rencah gambut (pit bog). Berbagai macam bentuk lahan bentukan asal organik anatara lain terumbu karang. Terumbu karang (coral reef) merupakan satu organism. Bentukan tersebut terjadi dari endapan batu gamping cangkang dengan struktur tegar yang tahan terhadap pengaruh gelombang laut. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan bentuk terumbu karang adalah temperature, salinitas, kedalaman laut, sirkulasi air laut, persediaan nutrisi, turbulensi, dan turbiditas (Siswandono, 1987). 

Ditinjau dari pertumbuhan karangnya maka syarat-syarat yang diperlakukan antara lainari yang relatif panas ( 230-250) sekurang-kurangnya air subtropics mempunyai trasmisi matahari yang tinggi, airnya bebas dari perlumpuran  dan turbiditas, serta syarat sekundernya adalah salinitas air laut yang relatif constant (Siswono, 1987). 

Indonesia yang terletak didaerah iklim tropis mempunyai kepentingan besar untuk mempelajari hal ikhwal tentang terumbu karang sebab kebanyakan terunbu karang hidup/terjadi di daerah tropis yang berokosistem bahari. Hal ini memberikan peluang bagi kita untuk memanfaatkan terumbu karang itu sebagai sumber daya lahan. Sumber daya lahan yang terkandung didalamya adalah potensiali untuk pariwisatam ekosistem biotik, dan yang terpenting bahwa dari berbagai penelitian telah terbukti kalau terumbu karang berperan sebagai batuan reservaor minyak yang baik.

Menurut Maxwell, 1968 terumbu karang dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan utama yaitu terumbu paparan dan terumbu samudera. Baik terumbu paparan maupun terumbu samuderam kedua-duanya diawali dengan pertumbuhan koloni-koloni embryonic. Berikut ini menggambarkan klasifikasi terumbu karang yang didasarkan pada klasifikasi dari Maxwell. 1968 dan Pairoridge, 1950.

A. Terumbu Paparan

Koloni-Embrionik (terbagi 3)

  1. Terumbu Pelataran (terbagi 3)
    Terumbu Pelataran Guba
    Terumbu Pelataran Memanjang
    Terumbu Pelataran Teresorbsi
  2. Terumbu Sumoat
  3. Terumbu Dinding (terbagi 3)
    1. Terumbu Taring
    Terumbu Cincin (Terumbu Cincin Terbuka)
    Terumbu Cincin (Tertutup
    2. Terumbu Garpu
    Terumbu Jala Terbuka
    Terumbu Jala Tertutup
    3. Terumbu Apron Campuran

B. Terumbu Samudra :

  1. Koloni-Embrionik
  2. Terumbu Pinggiran
  3. Terumbu Penghalang
  4. Atol :
  • Atol Samudra
  • Atol Majemuk
  • Atol Paparan
  • Atol Bentuk Ladam
  • Antol Betuk Kuku Kuda
  • Atol Oval Kecil
  • Semi Atol Besar
  • Atol Lengkap
  • Pelataran Terumbu Besar

Proses organik/biotic yang terjadi pada bentuk lahan terumbu karang. Simbol untuk pementaanya dengan huruf B (biotik) yang diikuti dengan angka  yang menunjukkan urutan dari darat, kearah laut.

Aerial view of Big Sand Cay. Photo by Kaieri Photography. 
Aerial view of Big Sand Cay. Photo by Kaieri Photography. 
  1. B1 > Sand Cay  >> Merupakan akumulasi pasir karang lepas dan batu gisik; terdapat di pelataran dengan energi gelombang  miniman; belum stabil' lee Slide;
  2. B2 > Shingle Cay >> Akumulasi rombalam karnag sebagai hasil lemparan gelombang atau badai; situasinya pada datangnya arah angin; sering tersemen membentuk breksi koral atau konglomeray koral yang ressiten; perintis terbentuknya gundus dan beting gisik maupun bura;
  3. B3 > Goba >> Tubuh perairan didal atol; umumya dangkal ; terisi endapan pasir atau terumbu;
  4. B4 > Gudus >> Perkembangan dari shingle cay;
  5. B5 > Rataan Pasir >>  Rataan pada pelataran terletak dekat gisik pada mintakat pasang surut;
  6. B6 > Rataan Terumbu >> Kelerengan datar ; bermaterial terumbu;
  7. B7 > Tubir  >> Lereng depan dari terumbu; terdapat pada mintakat pertumbungan karang optimum; biasanya pada kedalaman 20 meter .

Macam-macam bentuk morfologi pulau karang

  1. Fringing reefs. Tipe ini terdat di pantai yang airnya tidak lebih dalam  dari 40 meter. Jadi pada pantai yang curam fringing reefs bertumbuh hanya sempit. Fringing reefs dipisakan dari pantai oleh laguna dari pantai sehingga menyerupai berrier reefs tetapi ini mudah dibedakan dengan barrie reefs yang benar karena fringing reefs dasarnya tidak lebih dari 40 meter dengan konsekuensi lagunanya dangkal bahkan pada waktu pasang surut kering sama sekali karena itu bentuk ini dikatakan "psoudo-barrier-reefs" atau "psoudo atoll" . pendapat dari Molengraf  agaknya sama dengan pendapat Van Englen bahwa dengan tidak terdapatnya laguna tidak merupakan keharusan dari suatu fringing reefs tetapi ditekankan pada kedalam dari laut yang merupakan tempat tumbuh karang, tetapi menurut akal lobeck atau lobeck bahwa fringing reefs adalah corral atau karang yang langsung berhubungan dengan pulau dan tidak ada lagunanya.
  2. Corral banker (karang lempeng). Corral banker merupakan lanjut dari fringing reefs dimana slop/kemiringan dari pantai kearah laut tidak begitu curam sehingga dapat disamakam dengan fringing reefs. Oleh karena itu pembagian morfologi karang hanya dibagi menjadi tiga.
  3. Barrier reefs (karang perintang/penghalang). Menurut A.K Lobeck berrier reefs adalah karang pantai yang terletak beberapa jauh dari pantai dan ada lagunanya. Bentuknya sempit, panjang melingkar mengelilingi pulau. Kedalaman laguna sampai beratus meter dan biasanya terdapat  pada kedalaman  40  sampai 90 m. Dasar dari barrier reef lebih dalam dari syarat maksimum dari kehidupan binatang karang. Hal ini sesuai dengan teori Darwin yaitu terjadinya karena perubahan muka laut akibat  pulaunya turun. Apabila   penurunan pulau terjadi secara perlahan lahan sehingga memngkinkan binatang karang terus tumbuh kemudian terbentuklah tembok dari limestone  yang merupakan barrier reefs dan diantaranya terdapat laguna. Apabila penurunan pulau tersebut hanya sedikit maka jarak  antara barrier reef dengan pantainya itu dekat. Tetapi apabila penurunan pulaunya  cepat  akan terjadi sebaliknya. Barrier reef bentuknya dapat melengkung dan dapat berbentuk lurus sesuai garis pantai.
  4. Atol. Morfologi atol seperti barrier  reef tetapi pulaunya sama sekali tidak kelihatan hingga secara genetis struktur dari kedua tipe ini bersamaan. Bentuk atol seperti cincin tetapi tidak tertutup seratus persen disana sini terdapat gap-gap dan melalui gap-gap inilah terdapat pasang surut.

Terima Kasih Semoga bermanfaat.
> Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun